17th

422 97 13
                                    


Suasana menjadi tegang saat Jinyoung dan Jihoon tiba di meja yang berisi Samuel dan  Somi. Sedangkan Siyeon memutuskan untuk duduk agak jauh bersama Allen. Tidak ingin menganggu jalannya perbincangan mereka.


"Jelasin semuanya Somi."



Somi tersenyum kecut, sebelum berucap.


"Jujur gue ngerasa tertekan ngobrol kayak gini. Kayak yang gue salah banget. Padahal gue gak salah-salah banget, gue kayak gini soalnya lo selingkuh kak."


Lagi-lagi ia dianggap selingkuh. Jinyoung menjilat bibirnya yang terasa kering dan menghela nafas panjang. Bahkan jika dirinua benar-benar gila akan rasa cintanya terhadap Siyeon, dia tidak akan pernah sekalipun menjadikan Siyeon sebagai selingkuhannya.


"Sejak waktu itu gue ikut meeting sama klien lo di cafe, gue tau lo punya perasaan yang beda sama Siyeon. Dari cara lo ngobrol, dari cara lo liat dia. Gue tau semuanya kalo lo suka dia kak."


Jihoon dan Samuel seperti tidak ingin menanggapi apapun ucapan Somi, mereka hanya ingin mendengarkannya.


"Gue tau kalo lo gak sepenuhnya sayang sama gue, hubungan kita terlalu formal. Lo anter-jemput gue, kadang main atau makan, gak pernah sekalipun lo mau mampir ke rumah gue buat gue kenalin ke orang tua gue. Tapi buat Siyeon, bahkan lo udah ketemu orang tuanya."

Terkutuklah diri Jinyoung sekarang, semua yang dikatakan oleh Somi memang benar adanya. Semua yang ia lakukan terhadap Somi terlalu monoton. Selain Somi masih bersekolah, dia juga memiliki kesibukan sendiri.


"Dengan dasar perasaan lo yang kaya gitu lo dengan gampangnya jadian sama Samuel tanpa bilang putus sama gue? Haus perhatian banget."

Ucapan itu benar-benar keluar dari mulut Jinyoung, setidaknya jika Somi memang ingin berpisah bukankah sebaiknya ia harus mengatakan bahwa ia memang ingin berpisah.

Jihoon dan Samuel hanya terdiam, apa yang dikatakan oleh Somi ataupun Jinyoung memang betul. Meski Samuel daritadi ingin marah karena ucapan Jinyoung yang kasar terhadap Somi tapi itu semua adalah fakta, Samuel lebih memilih diam.

"Iya. Gue haus perhatian. Terus kenapa kalo gue haus perhatian? Lo gak bakalan perhatiin gue kan? Percuma."




Suasana memanas saat somi mengucapkan kata di akhir kalimatnya, Jinyoung membuang muka. Rahangnya mengeras dan telinganya memerah.



"Perhatian yang gue kasih selama satu tahun ini lo anggap apa som? Sampah? Gak usah nuduh gue selingkuh kalo ternyata lo sendiri yang selingkuh."



Jinyoung memundurkan kursinya dan berdiri lalu membalikan dirinya dan siap untuk melangkah pergi.



"Asal lo tau, Siyeon cewek baik-baik. Gak minat juga gue jadiin dia selingkuhan. Dia lebih pantes dapet prioritas. Makasih udah nunjukin siapa yang lebih pantes gue perjuangin. Dan lo gak pantes sedikitpun gue perjuangin. Lo emang lebih cantik dari Siyeon, tapi cantik aja gak menjamin kalo lo cewek baik-baik. Gak usah muncul dihadapan gue lagi."




Jinyoung berbalik untuk meletakan jam tangan yang pernag Somi berikan, jam tangan yang selalu ia pakai setiap hari.



Harusnya Jinyoung kesal, karena hubungannya baru saja usai setelah perjuangan selama satu tahun. Tapi ia malah merasa lega, seperti terbebas dari sesuatu.




Senyumnya kembali saat melihat Allen yang sedang menghabiskan eskrimnya menunjuk ke arahnya. Dan dengan gerakan pelan Siyeon menoleh dengan tatapan yang dapat membuat hatinya berdesir cepat.




"Lo pulang sama gue, temenin dulu gue yang baru putus."




Jinyoung berjalan ke arah meja Siyeon dan menggendong Allen. Siyeon masih dalam tahap berfikir sebelum matanya melihat ke arah Jihoon yang masih duduk satu merja dengan Somi dan Samuel.



"Yaudah ayo."




Pada akhirnya Siyeon dan Jinyoung berjalan beriringan keluar kafe, menyisakan Somi yang memandangnya dengan sakit.





tbc
Zuhause



Anakku yang satu ini lama banget ya updatenya huhuhu tapi tenang mulai sekarang aku bakal sering update zuhause ko biar cepet kelar terus bikin buku baru hehehe😊😊




Zuhause+bjyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang