Akhir-akhir ini Jinyoung dan Siyeon jarang bertemu, selain hari Rabu dan Sabtu.
Semenjak insiden Siyeon yang menangis mereka benar-benar seperti tidak ada waktu untuk bertemu. Atau hanya Siyeon yang seakan-akan kabur dari kehidupan Jinyoung.
Minggu lalu Siyeon memutuskan untuk tidak datang ke baby shower Jeno dan Heejin, lalu meminta Jinyoung untuk menghadirinya. Setelah itu, mereka seakan-akan menjadi orang asing.
Karena sudah cukup gerah dengan kelakuan Siyeon, akhirnya Jinyoung memberanikan diri untuk meminta bertemu.
Dan Siyeon menolak.
Siyeon selalu saja menolak saat Jinyoung mengajaknya bertemu.
Akhirnya Jinyoung hanya duduk sendirian di cafe yang biasa ia kunjungi dengan Siyeon.
Rasanya sesak, saat merindukan seseorang tanpa bisa melihatnya.
"Jinyoung?"
Jinyoung menoleh dan mendapati seorang gadis cantik berdiri di samping mejanya.
"Hyunjin?"
Gadis itu bernama Hyunjin, mereka pernah bertemu di pameran karya seni sekitar lima atau enam bulan yang lalu.
"Lo ngapain disini sendirian?"
Jinyoung hanya memberikan isyarat lewat kopi yang ada dihadapannya.
"Gue duduk disini dulu ya, sambil nungguin temen gue."
Jinyoung tidak keberatan untuk ditemani, lagipula Siyeon tidak mungkin datang saat dia sudah menolaknya.
Hyunjin cukup asik diajak mengobrol, ya setidaknya mengurangi rasa frustasi Jinyoung yang akhir-akhir ini sangat merindukan Siyeon.
Bel pintu cafe berbunyi, kepala Hyunjin langsung menoleh ke arahnya. Tak lama Hyunjin melambaikan tangannya.
"Itu temen gue udah dateng."
Jinyoung ikut menolehkan kepalanya ke arah pintu dan mendapati Siyeon mematung degan tatapan yang sulit diartikan.
Antara marah dan sedih, mungkin.
Siyeon tidak mendekati meja Jinyoung dan Hyunjin, namun malah berbalik meninggalkan kafe.
Dengan sigap Jinyoung berlari mengejar Siyeon, dia tahu Siyeon belum jauh dari kafe ini.
"Siyeon tunggu."
Akhirnya tangan Siyeon ada didalam genggamannya lagi. Namun Siyeon enggan untuk berbalik dan memutuskan untuk berusaha melepaskan dirinya sendiri.
"Kenapa sih lo gak mau liat gue lagi? Salah gue apa?"
Nafas Jinyoung terengah, menahan amarah yang selama ini ia pendam.
"Mau lo apa sih? Kenapa lo harus menghindar dari gue?"
Siyeon tidak menjawab dan lebih memutuskan untuk pelan-pelan melepas tangan Jinyoung. Saat ia berbalik, matanya memanas saat harus melihat Jinyoung dari dekat.
Dan ia melihat ke arah yang lebih jauh. Hyunjin berdiri disana, dengan tatapan yang bingung.
"Mending kita gak usah ketemu lagi. Uang pembayaran lo gue transfer nanti malem."
"Jadi ini mau lo? Oke. Mending gue juga gak usah liat muka lo lagi."
Siyeon benar-benar melepaskan genggaman Jinyoung, berjalan ke arah yang berlawanan dan menangis.
Dia tahu rasanya patah hati, dan ini yang paling menyakitkan. Patah hati sebelum jadian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zuhause+bjy
القصة القصيرةI look front and back, left and right. But when it comes to you, there's no exit. I try to find the entrance, but I cant find the way back. I'm trapped in you.