Sudah hampir dua minggu Jinyoung benar-benar tidak berhubungan dengan Siyeon. Dari apa yang dia dengar, Siyeon bahkan tidak masuk kuliah.
Segitu enggak maunya apa Siyeon ketemu gue? —Jinyoung
Hari-harinya cukup tertolong dengan adanya Hyunjin. Ya, Hyunjin ternyata menjadi mahasiswa baru di kelasnya setelah mendaftar karena kampusnya yang lama terlalu jauh.
"Jinyoung, kantin yuk. Laper nih. Pembukaan rektor cup masih agak lama ko."
Jinyoung sebetulnya sedang memandangi lapangan dimana anak cheerleader sedang gladi bersih. Secara diam-diam sebenarnya dia hanya memperhatikan Siyeon yang merupakan salah satu flyer terbaik Creandsion Cheers Team.
"Jinyoung, ayo."
Akhirnya Jinyoung menuruti kemauan Hyunjin yang mengajaknya makan.
"Woy jatoh woy jatoh."
Saat Jinyoung berbalik belasan orang lari ke arah yang berlawanan dengannya. Mereka berlari ke arah lapangan. Dimana cheerleader berlatih tadi.
"Ada apa?"
Hyunjin bertanya kepada seseorang yang berlari.
"Itu flyernya jatoh dari atas."
Mendengar itu Jinyoung langsung membalikan badan dan menghadap ke lapangan. Namun langkahnya terhenti.
Karena disana dia pasti akan melihat Siyeon. Dan Siyeon akan lebih benci kepadanya.
"JINYOUNG, MOBIL LO."
"Apaan?"
"Minjem mobil lo, lo yang nyetir cepetan."
Itu suara Jihoon yang dibelakangnya diikuti Woojin dengan menggedong anak cheers yang tubuhnya ditutupi jaket denim di punggungnya.
"URGENT JANGAN KEBANYAKAN MIKIR."
Akhirnya mau tidak mau Jinyoung menuju mobilnya dan membuka kunci.
"Hyunjin lo mau ikut gak?"
Sedikit berpikir, akhirnya Hyunjin menggeleng.
Jinyoung cukup terkejut saat gadis cheers yang dibawa Woojin ternyata Siyeon. Wajahnya pucat dan nafasnya terengah-engah, keringat membanjiri seluruh tubuhnya.
"Gausah ngelamun nyet, maju."
Jinyoung memajukan mobilnya, memecah jalanan menuju rumah Siyeon.
Siyeon pernah bilang bahwa dirinya tidak begitu bersahabat dengan rumah sakit dan cenderung membencinya.
"KAK JUNE!"
June yang sedang menyirami tanaman menoleh dan melihat Jihoon sednag menggendong adik iparnya.
"Kenapa? Siyeon kenapa?"
Ia terus bertanya sambil membukakan pintu rumah Siyeon dan juga pintu kamarnya. Rose yang baru saja beres mencuci baju bergegas menghampiri Siyeon yang kini berbaring di tempat tidurnya dengan menahan rasa sakit.
Jinyoung hanya terpaku di pintu kamar Siyeon. Memperhatikan Siyeon yang terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Kuit Siyeon terlihat lebih kusam, dan wajahnya lebih pucat dari biasanya.
"Siyeon kenapa hoon?"
"Pingsan ka pas jadi flyer."
Rose menghela nafas, June mengisyaratkan untuk mereka menunggu di luar dan meminta waktu untuk memeriksa Siyeon. Ya, June adalah seorang dokter umum.
"Kakak juga aneh sama kelakuan dia akhir-akhir ini."
Rose, Jihoon, Woojin, dan Jinyoung duduk di sofa untuk sedikit bernafas setelah melakukan hal yang tidak terduga.
"Aneh kenapa kak?"
"Aneh aja Hoon, dia gak mau keluar kamar selama hampir sembilan hari. Bahkan di empat hari pertama dia gak makan. Dia gak mau cerita masalahnya, padahap kakak tau dia terus-terusan nangis di kamarnya."
Rose menghela nafas, adiknya seperti orang linglung akhir-akhir ini. Atau lebih seperti mayat hidup.
"Udah sebulanan sebenernya dia bener-bener murung. Tapi baru dua minggu yang lalu dia aneh, mulai dari pulang ketemu temennya di kafe Bang Jisung. Dia mulai aneh. Berat badan dia sampe turun hampir lima kilo di dua minggu ini."
Jinyoung hanya bungkam, ia berpikir bahwa masalah Siyeon pasti menyangkut dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zuhause+bjy
Short StoryI look front and back, left and right. But when it comes to you, there's no exit. I try to find the entrance, but I cant find the way back. I'm trapped in you.