8th.

515 124 38
                                    



Sebut saja Jinyoung sedang ada didalam zona modus.




Ini jam 11 malam dan mereka masih berada di dalam mobil, di sebuah tempat bernama Night City View Hills.




Allen sudah tertidur berbalut sleeping bag Jinyoung di kursi belakang, dan Siyeon terduduk di kursi depan bersebelahan dengan Jinyoung sambil menggunakan selimut milik Jinyoung.





Untuk beberapa waktu kadang Jinyoung menghabiskan malamnya di tempat-tempat seperti ini. Maka dari itu banyak peralatan seperti selimut, sleeping bag, neck pillow, dan beberapa potong baju di mobilnya.







"Lo bisa cerita sama gue."





Akhirnya Jinyoung memecah keheningan yang mereka alami dalam beberapa waktu.






"Jeno, dia gak sebrengsek itu buat ninggalin gue."









Jinyoung masih mendengarkan dengan sabar apa yang diceritakan oleh Siyeon.








"Dia terjebak, di persaingan usaha. Khas anak manajemen. Dan gara-gara gue juga sih."







Tanpa perlu Jinyoung menengokan kepalanya, Jinyoung tau Siyeon tersenyum dengan pedih.









"Malam itu temen Jeno held a party, gue lagi banyak tugas jadi gur gak bisa ikut Jeno ke party. Dan disana Jeno di jebak, entah gimana ceritanya dia one night stand sama seorang cewek polos yang bahkan dia gak kenal."







Mata Siyeon mulai berkaca-kaca, beberapa kali dia menghela nafas berat namun dadanya masih terasa sesak.









"and guess what? beberapa minggu dari hal itu terjadi, cewek yang ditidurin Jeno hamil. Jeno kalap, di satu sisi dia gak mau bertanggung jawab tapi di sisi lain dia ayah biologis dari janin yang mulai tumbuh."








Suara Siyeon mulai bergetar, jemarinya meremas selimut dengan keras. Dia mulai menggigit bibirnya dan bernafas dengan kasar.






"Pada akhirnya, gue harus berpisah sama Jeno. Karena gue gak mau liat Jeno jadi orang yang brengsek. Awalnya Jeno gak mau, tapi gue kasih dia pengertian—"






Satu isakan lolos dari bibir Siyeon, dan Jinyoung masih saja berdiam diri melihat pemandangan malam di hadapannya.






"—kalau misalnya kejadian itu menimpa gue dan orang yang hamilin gue gak mau bertanggung jawab, gimana? Akhirnya Jeno setuju mereka berdua mutusin buat pergi dan menikah di luar negeri , dan juga hubungan gue sama Jeno berakhir disitu. Jeno bilang jangan ada yang tau hal yang sebenernya kayak gimana, tapi gue butuh tempat cerita. Gue gak bisa nyimpen ini sendirian, ini terlalu sakit."









Jinyoung perlahan membawa Siyeon kedalam pelukannya, membiarkan Siyeon menangis dengan keras dan mengeluarkan semua emosinya.











Kini Jinyoung mengerti, rasa cinta antara Siyeon dan Jeno begitu besar hingga mereka berdua saling berkorban dan bersedia melukai diri mereka sendiri. Berbeda dengannya dan Somi yang masih saling menyalahkan.






Banyak hal baru yang Jinyoung pelajari hari ini.









Terutama tentang kisah Siyeon, yang menceritakan bagaimana tulus perasaannya kepada Jeno.







Dan juga ia belajar, mungkin ini waktu yang tepat baginya untuk masuk kedalam kehidupan Siyeon.











Sebutlah Jinyoung yang kini brengsek.








Saat hatinya sudah memiliki Somi, bagian hati yang lainnya menginginkan Siyeon.








Gadis yang belum lama ini ia kenal, dengan segala keunikan yang menjadi pesonanya.








Jinyoung percaya, akan tiba waktu dimana takdir berkata apakah dia harus bersama Somi atau Siyeon.




Tapi dia lebih berharap, takdir memilih Siyeon.









tbc






Ih aku double update nih, senank tidak?

Buat yang comment maafkan aku suka tidak membalas comment kalian karena aku bingung. Heheheheheeheh.



Kalo mau marah commentnya gak dibales, marahin aku aja. Aku bersedia ko kalian marahin =")

Zuhause+bjyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang