0.4

6.3K 999 97
                                    

karena yang ku tahu, cinta itu menjaga
bukan merusak.

.
.
.

dimohon pengertiannya untuk para pembaca
terimakasih.




















Matahari mulai condong. Sinar teriknya memberi warna dibumi hari ini.

Ditengah padatnya aktivitas, Hyeongseob lebih memilih menggulung dirinya dibalik selimut.

Mengabaikan pekikan daun pintu, juga teriakan maid.

Potongan-potongan ingatan tadi malam kembali memenuhi kepala kecilnya.

Memaksa Hyeongseob untuk terus mengingat barang sedetik pun apa yang ia lakukan kepada tuannya semalam.



"suck it–"

Ia bahkan dapat mengingat ekspresi Woojin yang terlihat santai saat mengatakan hal yang jauh dari nalarnya.

Hyeongseob membeku. Meremas ujung kaus yang ia kenakan hingga kusut. Ia gelisah, tentu saja.

"Kau menolakku hum?"

Menggeleng kaku. Hyeongseob ingin menolak, namun ia tahu Woojin akan memperlakukannya lebih dari ini jika ia membantah.

"Kalau begitu tunggu apa lagi? Kemari dan hisap 'dia' "










"Tuan ahn, anda sakit?" 

Seolah tersadar dari mimpi buruk, wajahnya penuh dengan keringat.

Telinga memerah.

Napas pun memburu.

"Ti-tidak"

Jisung mencoba maklum. Menggapai kening basah Hyeongseob mencoba merasakan suhu pemuda kulit pucat.

"Syukurlah tidak demam, saya hawatir sebab telinga tuan memerah dan juga berkeringat"

Hyeongseob mengerjap lucu, menyentuh telinga merahnya.

"Waktunya makan siang, tuan park berpesan agar anda segera menyantap makan siang"

"Baiklah"













"shhaku tak menyangka jika mulutmu sehangat ini sayang"

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang