0.9

5.3K 880 162
                                    

Woojin menyeretnya tak sabaran.

Membanting tubuh kurus Hyeongseob ke ranjang besar pria itu.

Melepas ikatan dasi yang seolah mencekik leher, kemudian mengunci kedua tangan pemuda pucat dengan dasi yang sebelumnya mengikat lehernya.

Hyeongseob beringsut ditempat.

Merasakan telapak tangan Woojin yang dingin dipermukaan pipinya. Melirik penuh takut kearah sang empu.

Dan mendapati si pria dewasa tengah menyeringai lebar dengan kilat matanya yang menggelap ;pertanda buruk.

"Bermain-main lebih dulu kedengarannya cukup bagus, kau setuju?"

Hyeongseob bungkam. Menahan gemetar diseluruh lubuh saat yang lebih tua mengoyak baju tidurnya dengan mudah.

Dalam hati menerka, mungkinkah Woojin alter ego?. Tetapi nampaknya tidak, disini Hyeongseob lah yang mencoba bermain-main dengan iblis yang tertidur dan dapat terbangun kapanpun kala ia mengusiknya.

"Atau...  kali ini kita hanya akan bermain? aku memiliki sesuatu yang cocok untuk menghukummu, kucing nakal"

Hyeongseob meremang.

Jari-jari Woojin yang dingin merambat ditubuhnya.

"Ma-maafkan aku tuan"

Woojin mendecih. Membalik tubuh yang berada dalam kukungannya dengan mudah.

Melepas ikat pinggangnya tak sabaran, "Sangat terlambat untuk memohon maaf padaku"

Hyeongseob merasakan hawa dingin memerpa tubuh bagian bawahnya. Benar, Woojin menanggalkan seluruh pakaian yang ia kenakan sekarang.
Dengan kedua tangan yang terikat, apa yang Hyeongseob bisa lakukan selain pasrah? berharap sang iblis memberikan setidaknya sedikit belas kasih untuk mahluk lemah sepertinya.

"A-aku tak akan membantah lagi, kumohon lepaskan"

Suara yang kian bergetar tak menggoyahkan hati Woojin yang telah membeku.

"Sudah kubilang terlambat untuk memohon, dan seharusnya kau mengerti harus memanggilku seperti apa"

ctak!

Ia mengerang.

Rasa panas mulai menjalar diarea punggung telanjangnya, bersamaan dengan panas dikedua netra kelamnya.

"Ma-maafkan aku da-daddy"

ctak!

Dua kali.

"Lebih keras"

"—uggh ma-maafkan aku daddy!"

ctak!

Tiga kali.

Hyeongseob menggigit bibir. Mulai tidak mempedulikan airmatanya yang mulai menetes. Memohon pun tak berguna, nyatanya Woojin akan terus melayangkan ikat pinggangnya sampai ia bosan.

"Memohonlah yang benar kitten"

Sungguh, ia tak tahu jika akhirnya akan seperti sekarang. Haknyeon memang benar, seharusnya sebesar apapun rasa ingin tahunya tak seharusnya ia memasuki kamar itu.

"—shhh sa-kit —huks maafkan s-seobie! seobie tidak akan membantah—huks daddy!"

Woojin tersenyum puas. Memandang garis merah melintang dipunggung Hyeongseob. Hasil maha karyanya tak pernah mengecewakan.

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang