Langit dengan cepat menggelap. Berusaha meninggalkan kesan terik yang belum lama singgah, dengan awan hitam serta gemuruh yang saling bersahutan sebagai gantinya.
Suasana ruang tengah bangunan megah terasa kaku luar biasa. Tak ada yang berani membuka suara. Memilih untuk diam.
Jihoon tak tahan pada akhirnya buka suara, "Aku memberikannya obat tidur, bagaimana juga ia harus istirahat penuh untuk memulihkan tubuhnya"
Woojin bergeming dengan pikiran bercabang.
"Kurasa ia butuh penjelasanmu segera begitu juga kami, sebelum itu mari urusi wajahmu yang buruk itu"
Jihoon tak banyak bicara, lelaki berperawakan berisi itu tak mengocehi Woojin atau pun mengumpatinya. Dokter muda itu memilih bungkam dengan kedua tangan yang disibukan oleh wajah Woojin.
"Ayahnya meninggal satu bulan yang lalu"
Jihoon menempelkan plester dipelipis Woojin. Mengoles sudut bibirnya yang robek dengan obat. Masih tanpa bicara; tak juga merespon ucapan Woojin barusan.
"—keracunan alkohol"
Pria dewasa dapat merasakan jika pergerakan Jihoon berhenti sejenak.
"Aku, diam-diam mengawasinya semenjak Hyeongseob tinggal. Mencari latar belakang keluarganya, dan akhirnya mengetahui keberadaan bedebah itu"
Jari panjangnya saling bertautan; meremas satu sama lain.
"Hingga akhirnya satu bulan terakhir, orang suruhanku berkata jika ia tewas seperti yang kukatakan padamu tadi"
Jihoon menarik napas dalam-dalam. Menatap wajah Woojin dengan alis yang menukik serta dahinya yang berkerut.
"Seharusnya kau—"
Woojin memotong ucapannya, "Aku tidak bisa mengatakannya pada Hyeongseob. Aku tak mungkin berkata jika aku diam-diam mencari tahu latar belakangnya, aku tidak bisa Ji"
"Terlebih, ayahnya sendiri yang telah menjualnya!"
Jihoon menyentuh kepalan tangan Woojin, menatap manik tajam temannya.
"Kau tidak mengerti Woojin, ini bukan tentang siapa yang menjualnya. Kau tidak akan bisa menampik jika ia satu-satunya keluarga yang masih dimiliki Hyeongseob. Aku yakin jika Hyeongseob pun merasa jika ayahnya berharga walau apapun yang pernah pria itu lakukan padanya"
"Aku tahu niatmu memang baik, namun alangkah baiknya jika sejak awal kau membicarakan hal ini dengannya. Kau tau? Ia cukup terpukul sekarang, jadi setelah ini kumohon jelaskan padanya secara perlahan dan buat ia mengerti dengan alasanmu" Tambahnya.
Jihoon tersenyum tipis, "Kau bisa kan? Woojin?"
▪ Little Girl 🌸 ▪
"Jadi bagaimana?"
Lelaki bersurai legam menggeleng kalem. Jauh berbeda dari si tinggi yang terlihat kalut; gelisah ditempat ia berdiri sembari menggigiti kuku.
"Hyung, tidak bisakah kita membawanya sekarang? Paman sudah tidak ada, setidaknya kita bisa memberikan perlindungan untuk Hyeongseob"
Minhyun juga menginginkan hal tersebut, namun ia tahu kini berurusan dengan orang macam apa.
"Saat dimana ia lengah, disitu barulah kita menjalankan rencana. Bersabarlah sebentar Hyunbin, dan jangan gegabah"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Little Girl ;jinseob ✔
FanfictionBenar, mainan hanya akan terus menjadi mainan. tidak akan menjadi sesuatu yang berarti, yang dijaga sepenuh hati. [mature✖] start; 280917-100318 ©bibirsungwoon2017 ©bibirsungwoon2017