0.7

5.3K 909 194
                                    


Sepanjang hari Hyeongseob tak menemukan sosok Woojin.

Jangankan bersitatap, mendengar suara rendah pria dewasa itu saja tidak.

Woojin disibukan dengan beberapa tugasnya, begitu yang Jisung katakan.

'Tuan park banyak menjalankan bisnis dibeberapa bidang, yang paling besar beliau sendiri yang memegang kendali'

"Tuan ahn, mari bersiap-siap. Tuan park sebentar lagi akan menjemput anda"

Hyeongseob berjalan mendekat. Menghampiri Jisung dengan senyuman hangat miliknya.

"Aku suka saat paman memanggilku Hyeongseobie"

'Beliau memiliki anak perusahaan dibidang entertainment'

Hyeongseob baru mengerti apa yang Woojin maksud dengan 'artisnya'.

Jisung hanya tersenyum tipis. Membimbing jalan lebih dulu.

Menyodori beberapa potong jas yang ia yakini memiliki daya jual yang fantastis. Terlihat sederhana memeng, namun sekali lagi Hyeongseob yakin jika harganya setara dengan harga ponsel keluaran terbaru.

"Mengapa dia memberikanku warna pink?"

"Karena tuan park tahu, jika anda akan terlihat sangat manis jika memakainya"

Hyeongseob hampir tersedak liurnya. Jawaban yang Jisung berikan diluar pikirannya. Lagi pula, mana mungkin Woojin berpikiran demikian.

Jisung hanya mencoba menyenangkannya, yah Hyeongseob yakin itu.

"Jika memakai warna hitam, itu akan menonjolkan kulit anda yang pucat. Bagaimana jika mencoba warna pastel atau pink? saya rasa tak terlalu buruk"

Hyeongseob menimbang saran yang Jisung berikan. Menggigit bibir dengan gelisah.

"Tapi disini tertulis jika dress code nya hitam"

"Baiklah kita gunakan warna hitam, sebelum itu anda akan diberi sedikit polesan makeup"

Benar-benar percakapan tak penting, pikir Hyeongseob.





Ucapan Woojin terus berputar dikepala kecilnya. Memaksa Hyeongseob untuk terus mengingat apa yang pria dewasa itu katakan padanya.

Hyeongseob tak mengerti. Woojin melarangnya untuk mencintainya, tetapi sikap lelaki yang belakangan kian melembut berkata sebaliknya.

"Bagaimana bisa, kausecantik ini?"

Untuk kedua kalinya Hyeongseob meraskan debaran halus begitu Woojin berucap demikian.

Alih-alih mengingat bagaimana pria dewasa itu memperkosanya, bahkan melukai beberapa bagian tubuhnya. Yang ia ingat hanya sepersekian detik saat Woojin melayangkan pujian yang melumpuhkan saraf.

Hyeongseob memang naif.

"Apa yang kau pikirkan?"

Hyeongseob gelagapan, "Ti-tidak ada". Ahh ia juga pembohong yang buruk.

"Apa sesenang itu karena pujian dariku?"

Woojin menggodanya dengan senyuman tipis diwajah yang terbiasa kaku.

"Turunlah, dan tetap bersamaku. Kau mengerti?"

Hyeongseob mengangguk cepat. Kembali melihat dunia luar yang tak ia jumpai kurang lebih dua bulan lamanya membuat kurva diwajahnya tak luntur sejak tadi.

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang