1.5

5K 819 140
                                    






Waktu berjalan cepat.

Beberapa minggu ia menghabiskan bagaimana rasa bahagia yang sempat ia rasa semasa kecil.

Woojin yang dari hari ke hari memperlakukannya bak putri dalam istana. Memujanya, memberikan beribu perhatian yang sebelumnya telah Hyeongseob lupakan seperti apa rasanya.

Rona merah dipipi hampir selalu menghiasi wajah Hyeongseob. Tersenyum lebar hingga kedua netra jernihnya membentuk bulan sabit- sangat indah.

Tak jarang keduanya menghabiskan waktu hanya dengan saling menatap yang kemudian disusul tawa kecil dari yang lebih muda.

Memasuki musim dingin, suhu kota cukup rendah kala itu meski salju belum menampakan diri. Hyeongseob memiliki kebiasaan baru kala musim berganti, menyeruput coklat panas ditemani dengan rangkulan lengan besar Woojin dibahu sempitnya.

Mencari kehangatan instan lewat suhu tubuh si pria dewasa.

Meski aroma tubuh Woojin menusuk hidung hingga kadang membuatnya pusing; jika terlalu lama menciumnya. Hyeongseob tetap menyukainya.

"Woojin"

Pria dewasa yang tengah disibukan dengan tablet ditangan menjawab dengan dengungan pelan.

"Ayo kencan!"

Woojin hampir tersedak liurnya sendiri kala Hyeongseob yang dengan mudahnya mengajak kecan dengan ekspresi luar biasa cerah.

"Saat salju pertama turun, mari berkencan! Berkeliling sekitar Myeongdong tidak buruk kan?"

Woojin melepas kacamata yang membingkai wajah tampannya. Menyimpan tablet dinakas, menatap si mungil yang nampak antusias dengan rencananya.

Sejujurnya ia pun menginginkan hal demikian.

Berjalan-jalan dari pagi hingga malam datang, mengenggam jemari kecil si pemuda pucat sehari penuh. Woojin menginginkan hal itu.

Namun sekali lagi, pekerjaan menyita waktunya untuk memberikan perhatian lebih.

Ditambah ini menjelang pergantian tahun.

"Kau akan membeku jika keluar rumah"

Hyeongseob otomatis merengut.

Demi babi-babi yang Haknyeon pelihara di Jeju. Rasanya saat ini Woojin ingin sekali melahap Hyeongseob bulat-bulat.

"Kau pasti sibuk, ah aku tahu itu"

Hyeongseob mulai dengan mode ngambek - nya. Pura-pura mengerti dengan alasan Woojin namun dalam hati mendumal tak suka. Ah dasar remaja puber.

Lain halnya dengan Woojin yang justru tersenyum kecil. Mengusak surai lembut Hyeongseob, meraih jemari si mungil untuk ia bawa dalam genggaman.

"Aku akan berusaha menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, namun sepertinya tak bisa berjanji saat salju pertama. Sebagai gantinya bagaimana saat malam natal?"

Woojin berujar luar biasa lembut. Sesekali mendaratkan kecupan ringan dipunggung tangan pemuda pucat.

Hyeongseob lantas menengadah. Binar dinetra jernihnya mampu membuat Woojin terkekeh halus hingga membawa tangannya menuju pipi tinggi Hyeongseob, mencubitnya gemas.

"Terimakasih!"

Lilitan lengan kecil ia sematkan dipinggang pria dewasa.

Apa yang bisa Woojin lakukan selain tersenyum sembari mengusap surai legam Hyeongseob? Jawabannya tidak ada.

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang