0.8

5.1K 957 110
                                    


Setelah insiden pipinya hampir tersentuh orang yang belakangan ia ketahui sebagai pimpinan perusahaan besar di Tiongkok, Woojin kembali bersikap dingin seolah membeku.

Ah memang pada dasarnya ia memang bersikap seperti 'tak tersentuh'. Jadi untuk apa Hyeongseob repot memikirkan perubahan sifat pria dewasa itu.

Jika kembali mengingat ucapan Guanlin kala itu, Hyeongseob sadar jika seseorang diluar sana bahkan langsung dapat mengetahui jika ia hanya barang dagangan. Guanlin mengetahuinya dengan cepat, apakah sandiwara mereka terlalu kaku saat itu?

Hyeongseob mengedikan bahu acuh. Lebih baik berhenti memikirkan hal yang tak penting.

Omong-omong tiga bulan terperangkap didalam bangunan megah bak istana ia belum pernah berkeliling ke setiap sudut mansion Woojin. Waktunya banyak ia habiskan dengan berdiam diri dikamar.

Ada yang membuatnya penasaran.

Kamar disudut sebelah utara yang terlihat lebih besar dibandingkan kamarnya, menyita perhatian Hyeongseob.

Tak ada larangan untuk sekedar mengintip kedalam bukan?

"Tuan ahn!"

Ia berjengit. Tangan yang semula hendak meraih gagang pintu terhempas begitu Jisung meneriaki namanya cukup keras.

"Jangan masuk kedalam kamar itu"

Jisung masih dalam nada seriusnya. Hyeongseob ingin bertanya, namun air wajah kepala pelayan tersebut membuatnya enggan mengeluarkan suara.

"Apapun yang terjadi, saya mohon jangan mencoba untuk memasuki kamar ini. Tuan park akan sangat marah jika beliau tahu"

Ahh Woojin lagi ya..

Tidak ada yang bisa Hyeongseob lakukan selain mengangguk patuh.

Mungkin saja itu ruang rahasia Woojin? mungkin saja ahn hyeongseob..


Haknyeon menepati janjinya, meski beberapa minggu yang lalu ia tak datang. Namun hari ini tepat akhir minggu, laki-laki berambut coklat gelap muncul dengan senyumannya yang menawan.

Hyeongseob senang tentunya, Haknyeon tak berbohong soal ia akan mengunjunginya diakhir minggu seperti sekarang.

Hanya menemaninya berbincang ringan ditemani dengan secangkir teh dihalaman belakang.

"Haknyeon ssi, bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

Haknyeon menyeruput tehnya. Memfokuskan tatapan ke arah bulatan jernih milik sang lawan bicara.

"Apapun, aku akan menjawabnya semampuku"

Rasa penasarannya tak hilang.

"Apa kau tahu, apa yang ada didalam kamar sebelah utara yang terletak paling sudut?"

Mengenai kamar sebelah utara yang menyita perhatiannya.

Hyeongseob yakin besar kemungkinan Haknyeon mengetahuinya. Terlebih karena mereka bersahabat sejak anak-anak. Sedikit banyak Haknyeon pasti tahu.

"Paman yoon melarangku untuk mendekatinya"

Haknyeon tersenyum tipis, "Paman yoon jelas melarangmu, mengapa bersikeras ingin tahu?"

Hyeongseob mengerjap. Apa rasa ingin tahunya salah? apa itu sesuatu yang berlebihan?

"A-aku hanya penasaran. Paman langsung berteriak begitu aku hendak membuka pintu"

"Kupikir ada sesuatu yang berharga didalamnya, sehingga tak sembarang orang dapat masuk" Lanjutnya.

Hyeongseob jelas dapat mendengar helaan napas Haknyeon cukup kuat.

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang