1.0

5.4K 865 160
                                    


Pagi terlalu cepat datang.

Matahari kembali menggantikan tugas bulan menjadi pusat cahaya. Bersinar terang dengan langit biru dihiasi dengan kumpulan awan putih.

Pagi yang cerah itu seakan tidak mempedulikan masalah yang menimpa manusia. Mereka akan terus menjalankan tugas meski dibenci.

"Ini memang bukan sesuatu yang serius. Tetapi, bisa saja berakibat fatal"

Pria dengan balutan jas putih panjang dengan name tag; Park Jihoon, memijat pelipis.

"Jika aku terlambat datang entah apa yang terjadi dengannya"

Woojin mendesah, "Langsung pada intinya park jihoon. Waktuku tak banyak"

Jihoon menatapnya serius. Menautkan jari-jarinya dengan alis yang menukik tajam.

"Kau menahanya untuk klimaks. Tentu berefek rasa sakit juga nyeri dan pusing. Terlebih kau membiarkannya telanjang semalaman didalam kamar dengan pendingin ruangan yang menyala. Jelas ia akan demam tinggi setelahnya"

"Aku sengaja melakukannya"

Jihoon tertegun. sengaja dia bilang?

"Ia memasuki kamar Ahra tanpa seizinku. Bukankah pantas untuknya mendapatkan hukuman?"

Woojin terkekeh. Jihoon dihadapannya menatap tak percaya. Apa dengan kehilangan dapat membuat temannya itu menjadi sosok monster?.

"Jangan bercanda park. Jika aku tak datang dan kau terus membiarkan benda sialan itu melingkari penisnya, aku benar-benar tak bisa berpikir bahwa kau manusia"

"Apa —"

"Penisnya akan membengkak kemudian membusuk! bahkan ada yang harus diamputasi"

Jihoon menatapnya sengit. Tersenyum miring kemudian, "Kau berpikir aku mengada-ada?"

"Aku tak peduli"

Jihoon tak habis pikir. Dahulu Woojin memang kerap bersikap dingin, namun bukan berarti ia tak memiliki perasaan. Namun saat ini Jihoon tidak tahu kemana perginya perasaan Woojin.

Ia tak ingin ambil pusing.

Berbicara dengan Woojin hanya akan membuang waktu.

"Jangan menyentuhnya selama ia sakit. Biarkan Hyeongseob istirahat, aku akan kembali dua hari setelah ini"

Jihoon berbalik, "Ingat ucapanku park, dan lebih baik kau membuang cock ring sialanmu"

Woojin berjalan mendekat. Disana ada sosok paruh baya yang terlihat cemas dari air mukanya, ditambah beberapa maid yang ikut berjaga didepan pintu kamar pemuda pucat.

"Tuan ahn tertidur begitu dokter park memberikannya obat"

Woojin tak merespon, lebih memilih meraih gagang pintu kemudian mendorongnya perlahan.

"Tuan, biarkan tuan ahn beristirahat seperti saran yang diberikan dokter park"

Woojin menatap punggung kecil yang membelakanginya. Terlihat sempit dan rapuh.

"Aku hanya ingin melihatnya"

Woojin jelas tahu mengapa si mungil tertidur dengan posisi menyamping. Ia jelas mengingat warna merah menghiasi punggung kecil Hyeongseob. Dan pasti sakit.

Ia mendesah, melangkah keluar melewati Jisung. Mungkin dengan berkutat dengan pekerjaan akan mengembalikan fokusnya yang hilang.

"Bangunkan dia saat waktu makan tiba, dan tolong urusi dia paman. Aku mungkin akan lembur malam ini"

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang