1.1

5K 871 146
                                    


;penuh adegan drama
yang membuat jengah. jika tak sanggup
mohon dilewatimasadepan.khb🌸













Hari berikutnya tetap berlanjut, masih dengan hamparan sinar matahari dan beberapa kumpulan awan.

Pria dewasa tidak menunjukan batang hidungnya sejak kemarin.

Woojin menepati ucapannya soal lembur karena menyelesaikan pekerjaan alih-alih menenangkan pikiran.

Di bangunan bak istana tepat disalah satu kamar, pria berusia senja menatap penuh hawatir masih dengan jemari yang saling meremat.

Jihoon— selaku dokter pun dibuat menyerah.

Si pemuda pucat tetap diam dengan pandangan kosong. Menatap apapun tanpa minat. Tak menyahut kala Jihoon bahkan Jisung menanyakan keadaannya.

Hyeongseob hanya lelah.

Ia hanya ingin bertemu ibunya, jika bisa. Apa ia harus meminta Woojin untuk membawanya menemui sang ibu? Ah, selain itu Hyeongseob juga merindukan ayahnya yang kabarnya pun ia tak tahu.

"Hyeongseobie katakan lah sesuatu, nak"

Hanya keheningan yang dapat Jisung dapat. Pria dengan rambut yang mulai memutih beringsut mundur, membungkuk sebelum akhirnya pergi meninggalkan Hyeongseob dan Jihoon dalam keheningan. Ia hanya tak sanggup untuk terus menatap binar Hyeongseob yang bahkan kini tak lagi terlihat.

"Hei, ada yang ingin kau katakan? Anggaplah aku ini temanmu Hyeongseob"

Jihoon tersenyum hangat, sehangat kilatan matahari kala itu.

"Dokter—"

Jihoon tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya saat suara serak yang terdengar menyerupai bisikan meresponnya. Wajahnya mencerah, menarik bibir selebar mungkin ia lakukan.

"Aku akan mendengarkanmu"

Mata sayu dihiasi dengan kantung mata yang tidak bisa dibilang tipis menatap binar dari netra Jihoon.

Kulitnya yang pucat terlihat semakin pucat.

Katakanlah Hyeongseob seperti mayat hidup sekarang.

Nyatanya memang demikian.




"Aku merindukan ayah"


































▪ Little Girl 🌸 ▪





























Kala matahari telah diujung tombak pria berkulit tan menyembul dibalik pagar. Menjinjing jas maroon yang ia pakai kemarin. Tiga kancing teratas kemejanya ia biarkan terlepas, menampilkan tulang selangka yang menonjol.

Memantapkan hati untuk bersitatap dengan si mungil begitu ia masuk nanti.

Woojin mengerutkan kening.

Ditatapnya sosok berjubah putih panjang yang berada tak jauh darinya, yang ia yakini bukan Jihoon; si dokter.

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang