1.9

4.9K 702 126
                                    

'hampir semua orang dapat memaafkan.
namun tidak dengan melupakan'










Hyeongseob menenggelamkan diri dibalik selimut.

Suhu udara kota yang semakin hari kian menurun, membuat malamnya jauh lebih dingin dibandingkan kala siang. Mau tak mau, Hyeongseob menambah lapisan selimut yang ia pakai masih dengan bantuan penghangat ruangan yang menyala.

Menuju penghujung akhir tahun dengan intensitas salju yang semakin lama kian menebal. Natal pun tiba, membawa suasana suka cita kedalam setiap rumah; memberikan kehangatan.

Hyeongseob tak bisa berharap lebih saat Woojin berkata ada urusan mendadak tepat pada malam natal (malam ini). Yang dapat ia lakukan hanya menunggu pria dewasa itu pulang dengan keadaan baik, tanpa kekurangan apapun.

Suara samar terdengar. Kembali terjaga dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, Hyeongseob membuka mata. Cahaya dari luar kamar merangsek masuk melalui celah pintu yang terbuka entah sejak kapan.

Pikiran-pikiran buruk mulai menguasai kepala kecilnya. Dengan cepat bangkit meski kesadarannya belum penuh, mengambil ancang-ancang menyerang sosok yang kiranya asing untuknya.

"Huh?"

Dahinya berkerut dengan alis yang menukik. Hyeongseob kenal betul siapa orang yang berada dalam balutan kostum sinterklas yang tengah tersenyum dengan bodohnya.

"Nampaknya aku gagal memberikan kejutan"

Hyeongseob mengerjap beberapa kali.

Masih berusaha memahami situasi dimana ia berada sekarang; dengan Woojin yang menyamar sebagai sinterklas.

"Oh yatuhan, apa yang mau kau lakukan Woojinie?"

Woojin terkekeh. Melepas janggut palsu yang berwarna putih yang sialnya menyisakan rasa gatal didagunya.

"Memberikanmu kejutan? Tapi sepertinya tak berhasil"

Hyeongseob tersenyum tipis. Ditengah kesibukannya mengelola perusahaan, Woojin masih menyempatkan diri untuk sekedar memberikannya kejutan (meski gagal).

Hyeongseob menghargainya.

"Seharusnya tak perlu merepotkan dirimu. Tapi, terimakasih untuk kejutannya tuan santa"

Hyeongseob dengan berani menyematkan kecupan singkat dipipi Woojin. Yang menerima hanya terdiam, masih memikirkan apa yang barusan terjadi padanya. Omong-omong, jarang sekali Hyeongseob mengecupnya lebih dulu (kecuali woojin memaksa) seperti tadi.

Tangannya cepat-cepat merengkuh pinggang ramping Hyeongseob. Menatap manik hitamnya lembut diiringi dengan degup jantung keduanya yang seirama.

"Karena aku saat ini menjadi sinterklas, maka aku akan mengabulkan apapun permohonanmu love. Tak perlu sungkan untuk memintanya"

Hyeongseob nampak berpikir. Melingkari lengannya dipinggang Woojin, masih dengan bibir mengerucut; tanda jika ia sedang berpikir.

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang