lalu iri dan marah hanya akan menyakiti dirimu.
—mahoutsukai no yome.
Lebih dari sepekan, Woojin bagai raga tanpa jiwa. Menatap kosong apapun yang ada dihadapannya, bahkan tak jarang menabrak sesuatu ketika ia berjalan. Urusan pekerjaan tak lagi terjamah secara sempurna, hingga Haknyeon harus turun tangan.
Seperti ada sesuatu yang merenggut dunianya.
Persis setelah Minhyun ;laki-laki bermata rubah, mendatanginya.
"Perhatikan jalanmu saat mengemudi, Park"
Woojin bergeming, memilih melangkah guna mencari udara segar.
Membiarkan kemana laju audi hitamnya berjalan, Woojin tak begitu peduli. Suara dj radio mengema ke seluruh mobil yang ia kendarai dengan kecepatan sedang. Membiarkan pewarta mengoceh mengenai cuaca pagi kala itu yang cukup cerah dan dikatakan cocok untuk bepergian.Memasuki gang-gang disekitar tanpa arah. Sesekali melempar pandangan kearah luar yang nampak ramai dengan orang yang berlalu lalang.
Fokusnya menangkap sosok yang dikatakan sebagai dunianya.
Itu Hyeongseob.
Terlihat semakin manis dengan kaus hitam yang dilapisi kemeja kotak-kotak berwarna merah, kontras dengan kulitnya yang pucat. Senyumnya merekah, mengusak rambut bocah yang tingginya hanya sebatas pangkal paha si pucat. Ah itu putranya— Euijin. Hyeongseob sedang mengantarnya ke taman kanak-kanak. Putranya sudah tumbuh dewasa, dan Woojin tak dapat melihat momen dimana Euijin melewati tumbuh kembangnya.
Dahinya mengerut. Ada sesuatu yang ia rasa ganjal dengan Hyeongseob di ujung jalan.
Ia nampak pucat (meski kulitnya sendiri telah pucat). Woojin dapat menangkap kantung mata yang cukup tebal di wajah Hyeongseob.
Mengikuti sosok pucat itu dari kejauhan (masih dengan pewarta yang mengisi keheningan audi hitamnya). Woojin terkesiap, begitu tubuh mungil Hyeongseob jatuh membentur tanah. Tak ada siapapun disekitarnya, tanpa ba-bi-bu melangkah tak sabaran. Menggapai tubuh Hyeongseob yang tumbang dijalan. Panas mendera telapak tangan Woojin kala ia menyentuh dahi Hyeongseob yang dibanjiri penuh. Napasnya berat, kentara sekali jika si pucat nampak tak baik. Ia sakit. Woojin mengangkat tubuh yang tak mengalami banyak perubahan selama kurun waktu lima tahun belakangan. Memasangkan belt dengan hati-hati, menggenggam jemari kurus Hyeongseob yang basah kemudian membawa mobilnya terburu.
"Ia flu dan kurasa tak mendapat banyak istirahat. Jika siuman nanti, berikan ia minuman hangat dan pastikan ia memakan obat yang kuberikan"
Woojin bernapas lega. berucap terimakasih dengan sepenuh hatinya kepada Jihoon. Mengantar dokter muda itu menuju pintu apartemennya.
"Kau—, menemukannya?"
Woojin tersenyum tipis. "Situasinya masih sulit untuk saat ini"
Jihoon mau tak mau membalas kurva tipis yang Woojin lontarkan padanya.
"Melangkahlah dengan perlahan. Ia butuh waktu untuk itu Woojin-ah, dan untuk kali ini tolong jaga dia"
Woojin mengangguk mantap, mengantar kepergian Jihoon. Melangkah hati-hati, mendekati Hyeongseob yang nampak nyaman dengan tidurnya. Menyingkirkan helai rambut yang menutupi keningnya yang berkeringat. Satu kecupan mendarat halus disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Little Girl ;jinseob ✔
FanfictionBenar, mainan hanya akan terus menjadi mainan. tidak akan menjadi sesuatu yang berarti, yang dijaga sepenuh hati. [mature✖] start; 280917-100318 ©bibirsungwoon2017 ©bibirsungwoon2017