2.9

3.4K 706 103
                                    

Kesadarannya kembali kala ketukan halus menyapa telinga. Menoleh kearah putranya yang masih terlelap, merapikan selimut bocah tersebut lalu membubuhi dahinya dengan kecupan lembut.

"Sudah waktunya makan siang, turun lah"

Hyeongseob menyanggupi ucapan Hyunbin. Mengikuti langkah pria jangkung bersurai merah didepannya dengan tenang.

Minhyun disana, tengah menyusui (dengan susu formula tentunya) si kecil Seulhee yang terlihat lahap dengan makanannya. Hyeongseob masih ragu untuk memulai percakapan dengan hyungnya itu.

"Euijin?"

Hyeongseob hampir saja terjungkal. Ucapan Minhyun yang super singkat mengintrupsi keheningan meja makan.

"Masih tidur. Saat ia bangun nanti, aku akan membuatkannya makanan"

Setelahnya hanya ada keheningan. Sesekali diisi tawa Seulhee saat ayahnya menggodainya dengan kecupan (dengan minhyun yang menyuapi hyunbin dengan sabar). Hyeongseob tersenyum tipis. Interaksi manis antara Hyunbin dan Seulhee, entah mengapa membuat dadanya sesak. Pikirannya melayang menuju masa kecil putra semata wayangnya. Euijin memang sangat disayangi kedua hyungnya bak anak sendiri, tapi— sejak lahir, putranya itu sama sekali tak mendapat figur seorang ayah. Meski Hyunbin berusaha mengisinya pun, Hyeongseob merasa tak puas.

"Bunda... Euijinie lapal (lapar)"

Bocah dengan wajah setengah mengantuk menggumam pelan mendekati Hyeongseob. Sang ibu dengan cekatan menyiapkan perlengkapan makannya. Tak lupa memberikan putranya susu stoberi.

Hyeongseob terkikik. Mengelus surai Euijin yang berantakan sesekali membersihkan sisa makanan yang menempel dipipi sang bocah.

Minhyun dan Hyunbin ikut tersenyum. Euijin memang kerap kali memberikan energi positif ditengah keluarga mereka.

"Bunda, Euijinie mau camilan"

Dijawilnya hidung putranya dengan gemas, menghasilkan rengekan dari sang empu.

"Euijinie baru saja makan, camilannya akan bunda berikan nanti oke?"

Diangguki si bocah dengan bibir mengerucut. "Stlobeli dan anggul! (stoberi dan anggur)" Ujarmya semangat.

"Baiklah kapten. Sekarang temani Seulhee bermain dengan papa um?"

Setelahnya tinggal lah Hyeongseob dan Minhyun dalam hening. Hyeongseob terus diam dalam kegiatannya mencuci piring, sementara Minhyun— entahlah, mencari momen yang pas?

"Kau—, bagaimana bisa kembali padanya?"

Hyeongseob tak berbohong jika tubuhnya menegang. Ia tau, cepat atau lambat Minhyun akan membahas masalah ini.

"Ini tidak seperti yang hyung pikirkan. Dia—, hanya menolongku. Saat aku jatuh pingsan dijalan"

"Jika hyung bertanya tentang ponselku. Ponselku kehabisan baterai. Saat terbangun pun sudah cukup malam, aku—"



















"—apa yang bedebah itu berikan padamu?"
















Dahinya mengerut. "Huh?" 

Minhyun menatapnya serius. "Uang? atau jabatan? ah, atau masa depan Euijin?"

"Minhyun hyung aku tak mengerti ucapanmu. Woojin— hanya berniat menolongku"

Ditanggapi kekehan sinis dari pria bermata rubah.

"Lantas, mengapa harus bermalam? kau tidak memikirkan putramu huh?"

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang