'dan untuk segala rasa sakitnya, kuucapkan terimakasih'Hari kedua sejak ia menempati bangsal bernuansa putih, Hyeongseob pun membuka mata. Tersadar setelah dua hari penuh ia terlelap; yang membuat minhyun dirundung khawatir.
Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Tenggorokannya kering. Melirik sekilas lengan kirinya yang tersemat selang infus. Hyeongseob meraba perutnya, mengusapnya pelan dengan senyum tipis diwajah.
"Hyeongseobie? syukurlah sudah siuman"
Minhyun tidak bisa menyembunyikan gurat bahagianya. Cepat-cepat menghampiri Hyeongseob yang nampak lemah; pucat. Menyerahkan kantong plastik yang ia bawa ke sosok tinggi dibelakang.
"Ingin minum? katakan padaku jika ada yang sakit"
Hyeongseob mengangguk. Mereguk air yang Minhyun berikan hingga tandas tak tersisa. Ia haus omong-omong.
"Minhyun hyung, aku— lapar hehe"
Minhyun tersenyum. Memutar kepala menatap kekasih jangkungnya, "Hyunbinku, bisakah membelikan adik kecil kita seporsi bubur?"
"Dia Hyunbin hyung? whoa— hyung jadi tampan sekali"
Jangan tanya bagaimana reaksi Hyunbin saat Hyeongseob menyebutnya tampan. Lelaki tinggi itu lantas tersenyum kemudian undur diri untuk menjalankan misi yang diberikan kekasihnya; membelikan bubur untuk Hyeongseob.
"Kau masih hapal kelemahan Hyunbin, eh?"
Hyeongseob terkekeh tipis. Ia tentu ingat jika Hyunbin akan lemah jika seseorang menyebutnya 'tampan' (terlebih itu minhyun).
Minhyun tak melepaskan fokusnya menatapi air wajah Hyeongseob. Ia mengerti jika banyak yang ditanggung tubuh sekecil Hyeongseob. Tapi setidaknya, untuk sekarang Minhyun berjanji untuk membuat Hyeongseob kembali mengecap bahagia.
"Hyung, bayiku— baik-baik saja kan? saat terakhir aku merasa jika perutku sakit sekali sampai ingin mati rasanya"
Minhyun megusap surai hitam Hyeongseob, "Ia kuat selama ibunya kuat. Jangan pikirkan apapun jika akhirnya mengganggu bayimu Hyeongseob-ah"
"Tidak akan terjadi lagi hyung, aku akan lebih hati-hati menjaganya. Agar ia bisa bermain dengan paman mimhyun"
Senyum Minhyun merekah saat si mungil menaikan kurva diwajahnya yang pucat. Diam-diam merapal doa, agar tuhan memberikan kebahagiaan untuk adik kecilnya yang manis.
▪ Little Girl 🌸 ▪
Seusai Aron memeriksa kembali tubuh Hyeongseob, dokter alis tebal itu tak sungkan memberi nasihat panjang yang menurut Hyunbin membosankan (namun cepat-cepat dihadiahi pukulan cinta oleh minhyun). Aron mengingatkan Hyeongseob agaknya memeriksakan kandungan dua atau empat kali dalam satu bulan.
"Aku piket malam hari ini, jika ada sesuatu yang kau ingin, katakan saja pada Hyunbin"
Hyeongseob mengangguk dengan senyum tipis dibibir, "Hyung— minhyun hyung,"
Minhyun memutar tubuh saat Hyeongseob menyebut namanya.
Menatap adiknya lembut dengan senyum mengembang. Lain halnya dengan Hyeongseob yang nampak menunduk; meremas piyama pasien rumah sakit yang ia kenakan.
"Hyung, pasti kecewa padaku kan? a-aku.. hamil, saat usiaku terlalu muda. D-dan tanpa ikatan—"
"—Hyeongseob-ah, apa yang kau katakan? tatap hyung saat kita sedang berbicara"
Hyunbin meraih tangan Minhyun yang terkepal disisi tubuhnya. Mengelusnya lembut, meredam emosi sang kekasih yang kapan saja bisa meledak-ledak.
"Dengarkan hyung. Jangan berpikir hal yang tidak perlu, bukankah dokter Kwak berpesan untuk sebisa mungkin menjauhi stres? yang perlu kau lakukan sekarang hanya menjaga bayimu Hyeongseob-ah"
Hyeongseob menggigit pipi dalamnya, menatap Minhyun dengan mata yang mulai mengabur tertutup airmata.
"Hyung akan melindungimu mulai saat ini. Hyung akan menjagamu" Hyung juga yang akan menjauhimu dari woojin.
"Setelah keadaanmu membaik, kita pergi dari kota. Kemana pun. Hyung dan Hyunbin akan membawamu ikut serta, kemudian membesarkan bayimu bersama"
Setitik airmatanya luruh diiringi dengan senyuman merekah. Sungguh, Hyeongseob merasakan jika perlahan dunianya akan segera kembali, dengan adanya Hyunbin dan Minhyun disisinya. Hyeongseob tidak akan merasakan takut.
Tanpa mengetahui jika dibalik kepergiannya. Ada sosok yang terjatuh, yang hingga kini masih berusaha mengejar. meski terlambat—sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Little Girl ;jinseob ✔
FanfictionBenar, mainan hanya akan terus menjadi mainan. tidak akan menjadi sesuatu yang berarti, yang dijaga sepenuh hati. [mature✖] start; 280917-100318 ©bibirsungwoon2017 ©bibirsungwoon2017