Mari kembali melihat luasnya dunia dari titik dimana tubuh perawakan kurus tengah meringkuk dengan selimut yang menggulung.
Mata bundarnya terlihat sembab. Menatap apapun yang ada dihadapannya dengan kosong.
Ia lelah menangis.
Tidak, mungkin lebih tepatnya ia lelah hidup.
Ruam merah hingga ke unguan menghiasi leher, terlihat kontras dengan kulitnya yang pucat.
Bekas gigitan diarea tulang selangka hingga dada menimbulkan rasa nyeri.
Belum lagi dengan bokongnya. Hyeongseob lupa berapa kali tuannya ah bukan, daddynya melayangkan tamparan yang tidak bisa dikatakan pelan pada bongkahan putih miliknya.
Dan jangan lupakan bagian terpentingnya.
Hyeongseob tak tahu bagaimana keadaan duburnya saat ini. Yang ia ingat hanya saat Woojin mendesis saat menumbuknya. Mengumpat bahkan mengerang begitu mencapai pelepasan. Hyeongseob juga ingat saat pertama kali Woojin memasukinya pria dewasa yang ada diatas tubuhnya berbisik terlampau pelan mendekati menggumam kata 'darah'. Ia yakin jika analnya terluka sebab Woojin memaksa miliknya masuk dengan sekali hentakan.
Saat itu yang Hyeongseob bisa lakukan hanya menggigit bibir berusaha meredam rintihan begitu rasa sakit menyerang analnya.
Hyeongseob enggan bangun, untuk sekedar merubah posisi tidurnya saja membuat ia meringis pedih. Nyeri tentu saja. Namun ia harus membersihkan diri, menghilangkan bekas semburan Woojin yang melekat dibagian paha hingga keperut.
"Berhenti menangis"
Tubuhnya menengang. Seingatnya Woojin sudah meninggalkannya sendiri dikamar beberapa jam yang lalu.
Pria dengan balutan kemeja maroon mendekati gulungan tebal ditengah ranjang ukuran besar. Menggulung kemeja hingga ke siku, lantas menyibak selimut yang menutupi tubuh telanjang Hyeongseob.
Meraih tubuh kecil Hyeongseob, membawanya masuk kedalam kamar mandi.
"Kau kesulitan bergerak, setidaknya mintalah bantuanku"
Yang lebih muda meringis pelan saat tubuhnya masuk kedalam air.
Hyeongseob tak menghiraukan Woojin yang ada disisnya. Hanya dengan menatap wajah tuannya Hyeongseob dapat mengingat setiap detik yang berjalan saat Woojin menyetubuhinya semalam.
"Panggil aku jika sudah selesai. Paman yoon akan mengantar sarapanmu, untuk hari ini jangan keluar dari kamar. Ini perintah, dan aku tak suka pembangkang"
Hyeongseob bergeming.
"Kau mengerti baby?"
Ia mengangguk, "Me-mengerti daddy" sembari meremas tangannya.
Woojin meninggalkannya. Menyisakan Hyeongseob yang termangu ditempat.
Ini baru awal.
Dan mungkin kedepannya akan lebih buruk dari ini.
"Tuan park meminta saya untuk merawat luka anda"
Hyeongseob menengadah, memandang senyuman tipis yang diberikan Jisung untuknya.
"Tidak perlu, aku akan mengobatinya sendiri. Paman bisa pergi"
Jisung tak bisa berbohong jika ia tak hawatir. Terlebih dengan keadaan Hyeongseob saat ini. Ia tak bodoh, Jisung pun pernah muda. Ia mengerti hal apa yang baru saja Hyeongseob lalui hingga membuatnya babak belur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Little Girl ;jinseob ✔
FanfictionBenar, mainan hanya akan terus menjadi mainan. tidak akan menjadi sesuatu yang berarti, yang dijaga sepenuh hati. [mature✖] start; 280917-100318 ©bibirsungwoon2017 ©bibirsungwoon2017