2.5

4.1K 732 213
                                    




Bantingan pintu sukses membuat Minhyun terperanjat ditempatnya. Menoleh sekilas ke baby box disudut ruangan. syukurlah seulhee tidak terbangun. Bantinnya lega, kemudian bergegas menuju pintu masuk apartemen mereka.

"Yatuhan apa yang terjadi!?"

Matanya membola begitu mendapati Hyeongseob; adiknya- datang dengan keadaan kacau. Dengan Euijin-putra hyeongseob yang berusia lima tahun, sesegukan dalam gendongan ibunya yang kondisinya pun sama halnya. hyeongseob menangis, meski hanya tersisa bekas airmata dipipinya.


"Mi-minhyun hyung, d-dia menemukan kami. Dia akan merebut Euijinku, dia akan merebut putraku"


Hatinya seperti tercubit kecil. Kenapa harus secepat ini?

"Hyeongseob sadar! euijin menangis, lihatlah"

Hyeongseob buru-buru mengecupi wajah putranya, mendekap tubuh mungil itu erat, "Maafkan bunda, Euijinie pasti takut eum? cha, berhenti menangis jagoan"


Bocah lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya dileher sang ibu; masih sesegukan. Hyeongseob bahkan tak sadar jika putranya menangis sejak tadi. Ia hanya, ia hanya takut?

Minhyun memberikan kode untuk menyerahkan Euijin padanya, Hyeongseob tak langsung menurut. Dahinya menyernyit, menatap Minhyun penuh selidik.

"Kau buatkan susu untuk Euijin, biar aku yang menggendongnya. Seulhee sedang tidur"

Barulah si ibu muda itu menurut, membujuk putranya lebih dulu setelahnya melesat menuju dapur.

"Jagoan tidak boleh menangis. Bunda tidak apa-apa Euijinie, jangan menangis lagi"

Bocah dengan mata hitam bulat mengangguk sembari mengusap pipinya yang basah, "huks- Euijinie tidak huks, menangis lagi mama"


Minhyun tersenyum, mengecup pipi gembil Euijin, tak berselang lama muncul Hyeongseob dengan satu gelas susu hangat milik putranya.

"Hyung tidak memaksamu untuk bercerita sekarang, tapi datanglah saat kau rasa sudah lebih baik"

Hyeongseob mengangguk sembari mengelus rambut putranya dengan sayang.








[...]









Haknyeon lelah terus terusan mendengar helaan napas berat dari pria dibalik kemudi tepat disisinya. Setelah kembalinya Woojin dari supermarket, yang Haknyeon dapatkan hanya wajah teman kecilnya yang tak karuan. Seolah raga tanpa nyawa, Woojin berulang kali kehilangan fokus. Pikirannya melayang entah kemana.

Haknyeon tak pernah melihat Woojin yang seperti ini sebelumnya.

"Kau butuh istirahat park. Biar aku yang mengemudi"

Woojin menggeleng. Masih mengitari daerah sekitar dimana ia bertemu Hyeongseob; sosok yang ia cari.

"Aku akan membawanya pulang Haknyeon-ah"

Haknyeon mengusap wajah, "Aku tau. Tapi lihat dulu dirimu, ia tidak akan mau melihatmu jika kau berantakan seperti ini. Paling tidak istirahatkan tubuhmu. Ini hampir larut malam"

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang