Hangat ditubuh Hyeongseob menyeruak keseluruh tubuhnya. Menenggelamkan diri dibalik dada Woojin, masih dengan isak lemah yang terdengar samar. Saling melilitkan lengan, dengan lengan Woojin yang tersemat manis dipinggang ramping Hyeongseob, sementara ia mengalungkan lengan kurusnya dileher jenjang Woojin.
Berulang kali menjatuhkan kecupan dipuncak kepala si pucat, sesekali menghirup wangi manis yang menguar dari untaian rambut hitamnya. Woojin terkekeh tipis, mengusap rambut legam Hyeongseob dengan sayang. Menjauhkan diri dari jeratan Hyeongseob, namun tenaga si mungil nampak lebih kuat darinya untuk saat ini.
"Hei, lihat aku love. Aku ingin melihat wajahmu"
Hyeongseob menggeleng kalut, semakin mengeratkan pelukannya. "Wajahku jelek. Nanti kau akan meledekku" Dengan suaranya yang lirih; efek menangis.
Woojin tersenyum (masih dengan upaya mengangkat wajah hyeongseob). Meraih dagu Hyeongseob, mengangkat wajah yang bermandikan airmata.
Ia terkekeh lagi, menangkup pipi Hyeongseob lalu menatap bulatan jernihnya dalam-dalam.
Hyeongseob buru-buru menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Menyembunyikan manik basahnya juga pipi bekas dialiri airmata.
"Sudah kubilang wajahku jelek!"
Woojin dapat menangkap rengekan samar disana. Menarik paksa tangan Hyeongseob yang menutupi wajahnya, dan kembali menatapi wajah berantakan (sehabis menangis) si pucat.
Kecupan halus mendarat di ujung hidung Hyeongseob yang memerah. Setelahnya Woojin tersenyum lembut sekali.
"Maafkan aku Hyeongseob-ah. Aku—, entah harus kumulai dari mana. Semuanya terlalu—"
Telunjuk panjangnya menghentikan ocehan Woojin. Hyeongseob menggeleng, mengusap rahang tegas pria yang diam-diam ia rindu.
"Jangan membicarakannya lagi. Aku, akan berusaha melupakannya. Aku— memaafkanmu Woojin-ah"
Woojin tersenyum (lagi), kali ini berbeda. Seperti- senyuman dengan rasa lega luar bisa seolah beban berat yang ia tanggung lenyap begitu saja.
"Bolehkah—, aku menciummu?"
[...]
Suasana dalam mobil nampak senyap. Diantara keduanya tak ada yang berani memulai percakapan, baik Hyeongseob ataupun Woojin yang memusatkan fokusnya pada kemudi (meski tangan lainnya ia pakai untuk meremat jemari hyeongseob dan sesekali mengecupnya).
Suasana canggung seperti ini, membuat Woojin tak nyaman. Beberapa kali melirik si pucat yang nampak tak terusik. Woojin rasa kejadian semalam membuat atmosfer disekitar mereka menegang.
"Ah, didepan sana lewat dua rumah lagi, itu rumahku"
Menuruti instruksi yang Hyeongseob berikan, menghentikan laju ketika dirasa tempat yang benar. Semalam, Woojin sudah berniat mengantar Hyeongseob saat pagi menjelang, disamping karena ingin memastikan si pucat pulang dengan selamat. Woojin ingin sekali bertemu dengan jagoannya. Semoga saja Euijin sudah terbangun.
"Hyeongseob-ah, mengenai ciuman semalam. Aku—"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Little Girl ;jinseob ✔
FanfictionBenar, mainan hanya akan terus menjadi mainan. tidak akan menjadi sesuatu yang berarti, yang dijaga sepenuh hati. [mature✖] start; 280917-100318 ©bibirsungwoon2017 ©bibirsungwoon2017