2.0

4.7K 801 230
                                    

'setelah tiada, barulah tersadar jika kehadirannya sangat berharga'

—rhoma.irama



Tahun telah berganti membawa banyak harapan baru yang diidam-idamkan setiap insan. Merapalkan harapan ditahun yang baru agar membawa kebahagiaan didalamnya. Begitupun dengan Hyeongseob.

Meski Woojin telah banyak memberikan kebahagiaan untuknya beberapa bulan terakhir, namun Hyeongseob tak boleh terlena. Ia masih harus tetap berjaga untuk situasi segenting apapun nantinya.

Memasuki minggu kedua dibulan Januari, Woojin berpamitan untuk melakukan perjalanan pekerjaan yang mengharuskannya terbang ke negri sakura untuk waktu yang terbilang tak sebentar. Woojin sudah memikirkannya jauh-jauh hari, untuk mempertibangkan mengikut sertakan Hyeongseob bersamanya.

Namun Hyeongseob menolak. Melakukan perjalanan memang menyenangkan, namun berada dirumah adalah opsi yang paling terbaik. Ia pun tak ingin menghambat pekerjaan Woojin nantinya. Hyeongseob hanya berpesan untuk selalu menjaga pola makannya dan tidak melupakan istirahat.

Woojin menyanggupinya dengan berat hati. Tidak saling bertemu untuk waktu yang cukup lama adalah perkara yang tak mudah. Apalagi kini ia telah terbiasa tidur dengan Hyeongseob yang ada dipelukannya. Woojin yakin jika ia akan sulit beristirahat saat di Jepang nanti.



"Jika membutuhkan sesuatu lekas menghubungiku"


Hyeongseob mengangguk entah yang keberapa. Woojin terus memberikan petuah sedari didalam mobil hingga keduanya menginjakan kaki dibandara.

Tangannya terangkat mengusak surai Hyeongseob.


"Pergi lah, waktu keberangkatanmu segera tiba woojinie"


"Jangan pergi terlalu jauh saat aku tak ada, kau mengerti sayang?"



Hyeongseob mengangguk lagi, "Kau cerewet sekali, kita hanya berpisah dua atau tiga minggu, kau ingat? Cepat pergi kau akan terlambat" 

Dikecupnya bibir Woojin, hingga si pria menyunggingkan senyum lebar. Setelahnya sosok tinggi dengan bahu lebar mengilang dari pandangannya.

Tanpa ucapan yang diam-diam Hyeongseob harapkan terucap dari bibir pria itu.


"Paman pulanglah lebih dulu, aku akan pergi ke suatu tempat. Tidak akan lama aku janji"







[...]








Langkah kakinya membawa ke salah satu ruangan. Sebelumnya ia telah membuat waktu pertemuan dengan orang yang bersangkutan terlebih dahulu.

Jantungnya memompa cepat. Mendorong pintu kaca semi transparan tak lama membungkuk.


"Aku Ahn Hyeongseob, mohon bantuannya—"





















"—dokter Kwak"










































[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang