2.4

3.9K 748 240
                                    



'saat aku sudah berupaya berdiri tegak. maka, aku tak ingin lagi merasakan sakitnya jatuh.'



Berbulan-bulan setelahnya berlanjut hingga memasuki musim semi ke lima. semenjak kepergiannya.

Woojin menyimpan apron yang baru ia gunakan. Mulai menyantap sarapan pagi yang ia buat seorang diri. Terhitung hampir empat atau lima tahun ia mulai memberanikan diri menjamah area dapur. Mulai mengerjakan hal-hal yang seharusnya ia bisa kerjakan seorang diri tanpa bantuan maid atau Jisung sekali pun.

Getar ponsel mengalihkan perhatiannya. Menggeser tombol hijau, dan mulai mendengarkan ocehan seseorang dibalik sambungan.

"Hm. Aku mengerti, dua puluh menit lagi aku akan sampai. Kau bahkan tidak membiarkanku makan dengan tenang, ya tuhan— aku mengerti Haknyeon. Astaga, kau berisik sekali —kututup"

Woojin mengerang. Meraih dasi berwarna hijau gelap, meraih jas dengan warna senada. Bergegas menuju pintu, dan mengunci apartemennya dari luar.

Sejenak, memandangi langit yang terlihat cerah dengan warna biru dan kumpulan awan yang berbentuk abstrak. Aroma cherry blossom menguar dari barisan pohon disekitar jalan. Woojin tersenyum tipis. Banyak perubahan yang terjadi pada dirinya dalam kurun waktu lima tahun belakang.

Semuanya berubah. Ah— atau tidak sama sekali.

"Musim semi kali ini pun. Kau masih luput dari pandanganku"

Hanya ia dan dunia yang berubah. Namun tidak dengan Hyeongseob.

Pemuda pucat yang terakhir kali ia tatap dimalam bersalju, hingga saat ini Woojin tak dapat menemukannya.


Ya, hanya Hyeongseob dan takdirnya yang tidak berubah.

"Lusa kau ada perjalanan bisnis ke Pohang"

Woojin tak menyahut, membiarkan Haknyeon mengoceh hingga ia lelah. Namun sayangnya temannya itu memiliki energi berlebih untuk sekedar berbicara.

"Tidak bisa kau mewakiliku saja?"

"Bisa. Tapi dengan kau yang ikut serta dengan ku kesana. Ayolah bos—, bukankah impianmu membangun panti asuhan akan segera terwujud? pemilik tanah sudah setuju dengan harga yang kita berikan, maka tunggu apalagi?"

Woojin mengusak rambut hitamnya. Setelah melalui negosiasi panjang dengan pemilik tanah, ia menemukan titik terang. Hingga akhirnya keinginannya untuk membangun rumah sosial akan segera terwujud.

Ide tiba-tiba yang melintas dipikirannya sejak dua tahun belakangan mengenai keinginan membangun rumah sosial, langsung disetujui Haknyeon tanpa pikir panjang. Pria jeju (yang kini telah berumah tangga dan memiliki satu putri yang cantik)  menyambut ide Woojin dengan tangan terbuka. Pria itu mendukungnya secara keseluruhan.

[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang