3.1

4.9K 719 677
                                    




'saat keadaan berubah buruk, pasti selalu ada hal baik'

—yoon yeo jung










Woojin membelai rambut hitam putranya dengan sayang, tak terhitung beberapa kali ia mendaratkan kecupan sayang didahi sang putra. Woojin bersyukur, sangat.



Pasca mengakui identitas sebenarnya dihadapan Euijin, bocah manis itu lantas melempar tubuhnya kedalam pelukan sang ayah. Menangis sesegukan hingga tanpa sadar, Woojin ikut menangis disana; sembari menciumi pucuk kepala Euijin. Berulang kali mendengar kalimat, 'ayah jahat' dari balik bibir tipis putranya, Woojin tak marah. Ia cukup sadar jika ia bukan sosok ayah yang hebat. Ia bahkan baru kenampakan diri ketika putranya telah hidup lima tahun lamanya.




Dibalik semua yang terjadi. Hyeongseob tak berniat mengusik. Pria pucat itu hanya menatapi Woojin yang berusaha menenangkan Euijin (padahal dirinya juga tengah terisak). Hati kecilnya berbisik, jika Euijin pantas mengetahui siapa ayah yang selalu ia nanti kepulangannya. Bagaimana juga, putranya pantas bahagia bahkan dengan menukar nyawa pun Hyeongseob rela.



"Tanganmu bisa kram, jika terus seperti itu"


Woojin tersenyum tipis. Tangannya bahkan sudah lama kesemutan karena dijadikan bantalan oleh putranya yang kini terlelap; efek lelah menangis.



"Tak apa love, aku akan mencoba menebus kesalahanku satu per satu padanya"



Hatinya menghangat kala mendengar penuturan Woojin. Apakah ia harus mulai berpikir jika, Woojin telah berubah sekarang? nyatanya, lelaki dewasa itu kini jauh lebih lembut dengan kontrol emosi yang stabil. Tak seperti dulu. Woojin jauh lebih terkendali.

"Bagaimana bisa ia semirip ini denganmu? lihatlah, hidung kecilnya, kulitnya yang putih, rambut pun mengikuti dirimu yang nampak hitam pekat"



Hyeongseob terkekeh. "Karena Euijin putraku, maka sebagian besar gennya menurun dariku"



Woojin masih asik memandangi wajah polos Euijin yang nampak tenang dalam tidurnya. Membelai surai kelamnya hati-hati agar tak mengusik mimpi indah sang anak.



"Ini tidak adil. Kau hanya menuruni bibir dan mata ayahmu Euijin-ah"



Woojin merajuk dengan senyum tipis dibibirnya. Hyeongseob membenarkan dalam hati, jika Euijin memiliki mata dan bibir yang sama dengan Woojin.


"Ayahmu ini, yang paling berusaha keras saat membuatmu"


"Woojin!"


Woojin tertawa tanpa suara. Ia berhasil menggodai Hyeongseob hingga pipi putih si pucat dihiasi rona merah tipis.



[1]  Little Girl ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang