Setibanya di apartemen yang ia tinggali bersama kedua hyungnya (minhyun dan hyunbin), Hyeongseob melesat menuju kamar. Tidak membiarkan orang rumah memergoki kondisinya saat ini yang dapat dikatakan tak begitu baik.
Euijin jatuh tertidur dalam gendongannya, dengan ini Hyeongseob tak perlu takut untuk menangis meski tanpa suara. Hatinya kalut luar biasa. Gelisah tanpa sebab yang berujung menyesakkan dada hingga akhirnya kembali meluruhkan tangis.
Wajah polos putranya yang tengah terlelap membuat tangisnya kian menjadi (meski hanya terisak ringan). Ia takut. Hyeongseob takut jika suatu saat Euijin akan luput dari pandangannya. Hyeongseob takut Euijin (satu-satunya kekuatannya selama ini) akan pergi.
Hyeongseob takut jika suatu hari Euijin— putranya, lebih memilih sang ayah ketimbang dirinya.
Ia menggeleng cepat. Membaringkan diri disisi putranya, mengecup dahi bocah lima tahun itu hati-hati.
"Bunda, menyayangimu"
[...]
Minhyun tidak bodoh. Isakan lirih Hyeongseob jelas terdengar hingga ketelinganya, tangannya gatal ingin menggebrak pintu kemudian menyusup masuk menenangkan adiknya. Namun Hyunbin mencegah, berkata jika Hyeongseob membutuhkan waktunya sendiri untuk meluapkan emosinya tanpa ada seorang pun diantara mereka (minhyun dan hyunbin).
"Kita harus cepat meninggalkan Pohang, jika terus seperti ini Hyunbin-ah"
Pria jangkung yang kini merubah warna rambutnya menjadi merah (meski minhyun mengocehinya seharian penuh setelah itu), masih asik menciumi pipi tembam putrinya hingga si kecil memekik kegirangan.
"Hyeongseob selalu kembali dengan keadaan menangis semenjak pertemuan tak sengaja dengan si keparat itu"
"Jangan berucap kasar dihadapan uri Seulhee, sayangku"
Dan kembali menggodai putrinya kengan kecupan bertubi-tubi.
Minhyun menghela napas. Hyunbin memang jarang sekali berbagi waktu dengan bayi mereka karena kesibukan kerjanya. Omong-omong ia kembali merambah dunia modeling beberapa bulan yang lalu.
Jadi, Minhyun mengerti benar, jika ehm—suaminya itu sangat merindukan putri mereka.
"Jika kau memintaku, saat ini juga kita bisa pindah dari kota ini sayangku. Lagi pula, ibu sangat tak sabaran kau tau? ia kerap kali menghubungiku saat sesi pemotretan hanya untuk menanyakan kapan kita akan datang"
Hyunbin membiarkan jari panjangnya digigit oleh gusi-gusi putrinya yang bahkan belum bertumbuh gigi.
"Aku hanya tak tega, dengan munculnya Woojin luka yang selama ini ia tutup perlahan akan kembali terbuka. Aku tidak ingin melihatnya hancur seperti dulu Hyunbin-ah"
Hyunbin tersenyum. Meraih bahu Minhyun, menariknya menuju dadanya. Mengecupi pucuk kepala ibu Seulhee dengan sayang (sementara seulhee menonton adegan kedua orang tuanya).
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Little Girl ;jinseob ✔
FanfictionBenar, mainan hanya akan terus menjadi mainan. tidak akan menjadi sesuatu yang berarti, yang dijaga sepenuh hati. [mature✖] start; 280917-100318 ©bibirsungwoon2017 ©bibirsungwoon2017