Angka 100

2.7K 272 8
                                    

Vote yes!

.
.
.
"Eomma, appa!" kaget Tae Hyung, melihat kedatangan orang tuanya yang tiba-tiba.

Sementara Hye Jung tersenyum kikuk, sambil meletakan masakannya di samping kompor. Ia berjalan menghampiri kedua mertuanya, lalu menyalami keduanya, hikmat. Tae Hyung ikut menghampiri mereka dan memberi sapaan santai seperti biasa.

"Selamat datang eomma, appa!" sapa Hye Jung sambil meraih tangan mereka berdua lalu menciumnya.

"Terima kasih sayang, kamu selalu bersikap manis," puji Kim Chai Sin, ibu Tae Hyung.

"Selamat datang eomma, appa! Kalian datang lebih cepat daripada biasa. Tidak mengulur waktu nih?" ledek Tae Hyung nyengir.

Sementara ayah dan ibunya hanya tersenyum, sementara Hye Jung memutar bola mata sebal. Kenapa kelakuannya seperti itu pada orang tuanya?

"Ayo duduk, biar saya yang siapkan makanan dan minumnya yah," ucap Hye Jung menggandeng tangan Chai Sin lembut.

Ia mempersiapkan makanan dan minuman. Melihat itu Tae Hyung tersenyum kikuk, bahkan ia belum pernah memperlakukan ibunya sedemikian lembutnya, penuh kasih sayang. Lebih tepatnya ia merasa malu pada sang istri.

Banyak yang dipelajarinya dari Hye Jung. Tentang menghargai, mencintai, kasih sayang, kelembutan dan bagaimana memperluas pandangan pada dunia. Bukan hanya tentang harta dan gemerlapnya dunia, tapi tentang cinta yang ditebar oleh Yang Maha Cinta. Dan darinya pula, kebenaran Tuhan ia dapat. Ia adalah perantara keImanannya.

Flashback On

"Ada keraguan yang mengusik hatiku saat ini," ucap Tae Hyung dengan tatapan kosong.

Hye Jung yang sedang melipat pakaian kering, menoleh ke arah suara di atas ranjang. Tae Hyung tengah berbaring setelah pulang siang tadi, ia terlihat sangat lelah. Setelah mandi dengan air hangat yang disiapkan oleh Hye Jung, ia berbaring sambil melamun. Entah apa yang dipikirkan oleh ciptaan Allah yang indah itu.

"Ceritakanlah, aku akan berusaha membantu, setidaknya memberikan solusi," sahut Hye Jung masih serius melipat pakaian.

"Kamu jangan marah atau kenapa-kenapa, aku hanya bingung dengan pemikiranku."

Tae Hyung mendudukan diri, menatap punggung Hye Jung yang terbalut Hijab lebar. Selalu saja menyejukkan, entah kenapa kadang Tae Hyung tak memahami perasaannya, ketika berhadapan dengan wanita yang kini bergelar Ny. Kim itu. Disaat melihatnya, kemarahan seolah menguap, kesedihan seolah sirna, kekosongan hati selalu terisi dan mata yang tiba-tiba terkunci, hanya untuk menatap wanita berhijab lebar itu.

"Ada apa, Bang?" tanya Hye Jung, yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya.

Tae Hyung tergagap, terkejut melihat kehadiran Hye Jung yang tiba-tiba.

"Eh...em, tidak apa-apa!" sahutnya gagal fokus.

"Ceritakanlah! Jika ada yang mengganggumu, aku akan mendengarkan sambil mencoba memahami," ucap Hye Jung mengalihkan pandangan.

Tae Hyung tau, istrinya itu adalah wanita paling peka yang bisa merasakan ketika fisik dan hatinya tidak baik.

"Aku minta maaf. Setelah seminggu kita menikah, aku belum bisa 100% yakin atas ketuhanan Allah SWT. Aku belum bisa," Tae Hyung terlihat frustasi.

Hye Jung menoleh, mereka bertatapan sebentar. Lalu mengalihkan ke arah lain, seolah ingin mencari peristirahatan bagi matanya yang seketika terpenjara sesaat.

"100%, angka 100 bukan angka yang dilalui melalui proses yang sebentar. Dari 0(nol) kita harus melalui angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan seterusnya hingga mencapai angka 100. Lama kan?" ia tersenyum menoleh lagi ke arah Tae Hyung yang juga menatap kearahnya.

Bang Tae (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang