Sajadah

2K 245 19
                                    

Vote!

.
.
.
.

"Aku hanyalah manusia bebas yang beruntung mendapatkan pendamping seperti Hye Jung, sehingga kebebasanku di ikat dengan kehadirannya. Membuatku menemukan cahaya dalam dirinya, untuk menerangi tiap langkahku yang terang namun gelap. Awalnya mungkin semua yang kulakukan untuk memeluk Islam, hanya untuk Hye Jung. Tapi tidak untuk sekarang, karena aku sudah tau alasan terbaik untuk mencintai Hye Jung. Yaitu mencintai Allah SWT, dan membiarkan-Nya menjaga belahan jiwaku. Karena sekuat apapun aku sebagai mahluk, pasti terbatas untuk melindungi Hye Jung. Maka dari itu, aku menitipkan cintaku pada yang Maha Perkasa الله " Kim Tae Hyung

.
.
.
.

Malam hari yang sepi, terdengar bunyi alat medis di ruangan VIP, bagian ICU itu. Terdapat seorang pasien berwajah oriental tengah dipenuhi alat medis dan perban, tubuhnya tak berdaya menahan luka. Kim Hye Jung, yah, wanita dari Indonesia itu adalah istri dari Kim Tae Hyung. Seorang yang terluka karena masa lalu suaminya dan orang yang begitu sabar menghadapi kenyataannya.

Hye Jung, wanita tak berdaya yang lolos dari prostitusi dan mempertahankan kesuciannya di negeri orang. Wanita berhijab syar'i, dengan segala kesederhanaannya yang mampu membuat artis Internasional terpesona olehnya.

Cantik? Tidak, hanya manis jika anda memperdalam tatapan padanya, tidak membosankan apa lagi jijik.

Terpandang? Tidak, hanya terpandang di hadapan orang-orang yang mengerti hakikatnya perhiasan dunia yang agung lagi santun, bernama wanita. Bahkan ia mengalami banyak sakit hati karena kegigihannya mempertahankan syariat di tengah-tengah masyarakat yang rusak. Hingga ia mampu menarik seorang Tae Hyung kepada keindahan Islam, orang yang baru-baru ini memenuhi relung hatinya setelah sejak balig ia tidak pernah di cintai karena status keluarganya, miskin dan putri pelacur. Dialah Hye Jung.

Ceklek!

Pintu kamar mandi terbuka, menampakan diri lelaki mempesona sepanjang tahun. Kim Tae Hyung, wajah, lengan dan kakinya basah terkena air wudhu. Padahal jam menunjukan pukul 02.07, biasanya orang tengah terlelap dan memanjakan tubuhnya untuk berbaring di pulau kapuk(?), namun ia terbangun untuk mempraktikan pelajaran yang ia dapat dari guru agamanya di Masjid Central Seoul.

'Sholat Tahajud, bagaikan anak panah yang melesat tepat pada sasarannya. Dan efeknya akan besar dan sangat menakjubkan, bahkan ketenangan hati akan kamu dapat berkali lipat, dimana malaikat mendo'akanmu juga,' kata gurunya ringan.

Ia menatap istrinya yang terbaring lemah, biasanya malam-malam begini, Hye Jung membangunkannya untuk tahajud. Tapi selalu ditolak karena mengantuk, dengan sabar wanita itu sholat sendiri. Tidak marah ataupun kecewa, ketika ditanya kenapa ia tak marah dengan Tae Hyung yang tak mau ikut sholat sunnah?

'Inilah sebuah proses.... Aku tak ingin memaksamu, aku cukup di sisimu, menuntunmu dengan sabar agar kamu dengan suka cita mengerjakannya, dengan kesadaranmu.' Senyum yang di rindukan Tae Hyung melintas di benaknya.

Hye Jung yang terbaring koma itu, tetap mempesona di hadapan suaminya yang kini kembali meneteskan air mata, merasa tak berguna.

"Malam ini, aku bisa menahan kantuk, dan bangun sholat tahajud. Bagaimana istriku, aku hebatkan? Cepat bangun yah, besok aku janji akan berada di depanmu untuk menjadi imam," Tae Hyung terkekeh miris.

Ia berbalik dan perlahan menggelar sajadah di lantai dekat dengan ranjang Hye Jung. Sajadah itu adalah sajadah hadiah dari Hye Jung, bukan di hari ulang tahunnya, tapi di hari saat Tae Hyung meyakini bahwa Tuhannya adalah Allah SWT. Sajadah bergambar masjid, dengan beground lembut, berwarna biru tua dan muda, cantik seperti yang memberi.

Bang Tae (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang