Baru Kuakui Hari Ini

3K 284 14
                                    

Vote dan tonton trailertnya 👆

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setiap hari, aku bangun pagi sekitar jam 4 saat adzan subuh mengalun di ponselku. Setelah sholat subuh biasanya Bang Tae tidur lagi, dan aku menyiapkan sarapan untuknya. Jika Bang Tae tidak memiliki jadwal, biasanya ia akan menghabiskan waktunya dengan tidur.

Oke aku memakluminya, karena kehidupan artis hampir seperti tak memiliki waktu libur. Saat libur saja masih diuntit. Jadwalnya padat, pasti para artis menderita dengan jadwal syuting seperti itu.

Aku tak masalah, asalkan ia tetap ingat sholat 5 waktu. Ia memintaku mengatur alarm bersuara adzan di ponselnya. Setiap waktu solat dalam sehari. Dan aku bangga padanya yang selama ini selalu antusias belajar Islam di central mosque.

Pagi ini aku membuat roti bakar untuk kami. Aku tersenyum sambil memikirkan perkembangan suamiku. Bahkan aku sendiri yang sedari lahir muslim, tak seantusias itu kalau belajar agama.

"Astaghfirulloh!" geramku sedikit kesal.

Tiba-tiba ada yang mendekap pinggangku dari belakang. Ini pasti Bang Tae? Tanpa ku toleh aku sudah tau, dia bersikap sangat lembut padaku. Aku begitu menyayanginya. Dia bilang kalau wangi tubuhku candu baginya, makanya ia senang memelukku. Aku bingung ketika mendengarnya bilang begitu, padahal dari bangun pagi tadi aku belum mandi. Masih bau kecut menurutku, tapi dia tetap mau dekat-dekat denganku.

"Bang Tae! Jangan seperti ini, aku geli," ucapku berusaha melepas tangannya di pinggangku.

Bukannya melepas, ia malah memperkuat pelukannya dan meletakan kepalanya di pundakku.

Deg...deg...deg...!

Ya Allah jantungku benar-benar ingin lepas dari tempatnya, jika ia terus seperti ini.

"Bang Tae? Apa itu 'Bang?' seperti nama boyband-ku" tanyanya pelan, tepat di telingaku yang terbalut romal ninja.

Aku memang memakai hijab jika keluar ke ruang tamu dan keluar rumah. Jika di dapur atau di dalam rumah, aku akan melepasnya. Alhamdulillah desain rumah luas ini, ruang tamu dan taman di hadapkan langsung agar telihat indah, tapi antara dapur, kamar dan lantai atas di beri sekat dari ruang tamu. Aku bersyukur sekali, seperti desain rumah ini mendukung keistiqomahanku.

"Bang itu artinya oppa, dari bahasa Indonesia," jawabku tersipu.

Ini benar-benar posisi paling menakutkan. Aku menyibukan pikiranku dengan roti bakar di depanku.

"Bang Tae ingin selai apa?" tanyaku padanya yang masih setia pada posisinya.

"Selai kacang," jawabnya lirih.

Suaranya seperti orang yang masih mengantuk.

"Selai kacang? Nanti jerawatan loh!" aku memulai candaan.

Ia spontan mengangkat kepalanya dan menatap wajahku dari samping.

"Aku kan tidak punya riwayat alergi, kamu ini."

Cup!

Tiba-tiba ia mengecup pipiku, membuatku langsung menoleh kearahnya yang sedang tersenyum puas melihat wajahku memerah.

"Sepertinya ada kepiting rebus yang siap ku makan pagi ini," ia membalasku dengan candaan tak lucunya.

Aku menyentuh pipiku, walau agak kesal karena dia sembarangan mencium pipiku, aku tak bisa menyembunyikan senyumku. Aku berusaha menyibukan diri mengoles selai di dalam roti bakar.

"Hm, sudahlah Bang Tae, lebih baik kamu duduk saja di meja makan yah?" suruhku dengan ekspresi senyum yang masih menggambarkan, rasa malu.

Ku lihat dia menuruti ucapanku, masih senyum-senyum dan menatapku jahil. Aku hanya bisa menggeleng, lalu membawa sarapan kami pagi ini. Untuknya roti bakar selai kacang dan kopi hitam. Sementara aku roti bakar selai coklat, dengan kopi susu.

Bang Tae (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang