Vote Guys!
.
.
.
.
.
.Hye Jung Pov
Hari-hariku, ku lalui dengan penyesuaian diri dengan kehidupan baru. Setelah menikah dengan artis terkenal memang hariku penuh keganjilan.
Aku gak punya fans, tapi heaters dimana-mana, akhirnya aku gak buka akun sosmed selama seminggu. Yah jujur aku gak kuat dengan semua ini, apa lagi isu kedekatan Tae Hyung suamiku dengan Lovely. Artis sexy yang sepertinya sangat menyukai Tae Hyung.
Aku tau pernikahanku dan dia gak didasari cinta, tapi di mata hukum dan agama, aku berhak cemburu. Nggak, ini meliputi perasaanku sendiri. Aku berhak cemburu karena aku istrinya, aku juga manusia yang butuh dihargai.
Jangan berfikir macam-macam dulu. Bukan, bukan karena cinta, tapi karena status.
Yah, walaupun aku akui kehadiran Tae Hyung dalam hidupku cukup membuatku nyaman dan seolah membawaku melihat setitik cahaya kebahagiaan. Meski dia belum sepenuhnya yakin akan apa yang dipeluknya sekarang, aku cukup bersemangat menuntunnya kepada pemikiran siapa Tuhan sebenarnya, dan mana jalan benar dalam kehidupan ini.
Sudah 2 hari ini Tae Hyung terlihat murung, ia selalu memunggungiku saat tidur dan mengacuhkan ucapanku. Ia bersikap dingin, walau begitu ia masih melakukan solat dan belajar Islam di masjid Seoul. Aku akan tanyakan padanya, mungkin ini berhubungan dengan Lovely?
~•~
Di taman samping rumah, ku lihat Tae Hyung sedang duduk di salah satu bangku taman sambil memainkan ponselnya. Aku tak tau apa kata-kata yang tepat untuk mulai menanyakan hal yang selama 2 hari ini ku tahan.
Perlahan aku mendekatinya, aku masih gugup kalau harus berhadapan dengannya. Padahal kami sudah bersama selama seminggu ini, memang belum lama tapi setidaknya untuk membiasakan diri sudah cukup kan?
Belum tentu saja.
"Kau sedang apa berdiri di situ?" suaranya mengintrupsi lamunanku.
Aku hanya tersenyum, kemudian menghadapnya.
"Aku boleh duduk di sini kan?" tanyaku menyentuh bangku tepat di sampingnya.
"Ya," jawabnya kembali dingin.
Aku duduk dengan perasaan agak kesal, rasanya seperti duduk di samping kulkas yang terbuka di bagian frezernya.
"Sebenarnya aku...aku ingin bertanya sesuatu padamu. Ini sedikit pribadi tapi tak apa kan?" tanyaku menunduk.
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik"Ya aku akan menjawab semampuku," ia masih menatap ponselnya.
"Em, apakah ada masalah? Sepertinya 2 hari ini, kamu terlihat murung. Seperti menyembunyikan banyak masalah sendirian. Padahal aku liat di acara TV, wajahmu cerah sekali. Seperti gak ada beban. Maaf ini mungkin mengganggumu, tapi ada aku di sini. Terbukalah denganku agar aku merasa berguna sedikit saja," aku tak berani menatapnya.
Suasana semakin dingin, aku gak tau apa ekspresi yang di tunjukannya ketika mendengar pertanyaanku. Aku menunduk takut, takut ia marah tiba-tiba.
"Kamu merasa dicuekin?" dia malah tanya balik.
Aku mendongak, dan mata kami pun bertemu, membuat nafasku seketika sesak. Tatapannya sangat tajam dan membuatku tak bisa berkutik.
"Ti--tidak begitu. Aku terbiasa tak dianggap dan itu tak masalah bagiku. Hanya saja, aku tak bisa melihat orang di sekitarku sedih, sementara aku tak berbuat apapun walau hanya mendengarkan curahan hatinya. Aku jadi merasa tak berguna karena hanya diam melihatmu sedih. Kamu bisa jadikan aku tempat bercerita, dari hal-hal yang kecil hingga yang besar. Aku siap mendengarkanmu, aku juga bisa menyembunyikan rahasia. Kalau kamu tak bisa menganggapku istrimu, aku bisa jadi temanmu, menjadi rumah tempat kamu kembali," aku sedikit tersenyum menatapnya yang terlihat heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bang Tae (END)
Fantasía©AubiAtmariniAiza Idol >< Gadis Biasa Revisi 09/03/2021 Kisah seorang muslimah berusia 18 tahun yang tersesat di negara Korea Selatan. Ia sengaja dijual oleh pamannya sendiri untuk menjadi pelacur, tapi ia berhasil lolos. Walau begitu ia tak bisa ke...