"ayo kita bikin kontrak" ucap seorang gadis kepada pemuda yang sedang duduk santai di sofa ruang tengah rumahnya.
"kontrak apaan?" tanya pemuda itu, air mukanya menampakan kebingungan luar biasa.
"kontrak nikah lah, apalagi" ucapnya datar kemudian duduk di lantai yang beralaskan karpet bulu sambil menaruh dua lembar kertas dan dua pulpen di atas meja.
"owh, jadi ceritanya lo mau hubungan kita jadi semacam kawin kontrak gitu" pemuda itu kembali memastikan maksud si gadis.
"iyah bawel, bacot lo ah, cepetan, jam 10 nanti gue mau ke kampus. Maaf gue sibuk, waktu gue nggak banyak"
Sombong sekali gadis ini, dia nggak sadar lagi ngomong sama siapa sekarang.
"lo pikir gue nggak sibuk, heh urusan gue juga banyak ya. Cabang perusahaan gue dimana-mana, jadi nggak sempet buat ladenin cewek rese kayak lo" ujar pemuda itu kesal
"yaudah makanya buruan bikin kontraknya, gue nggak mau rencana hidup gue gagal Cuma karena pernikahan bodoh ini" tukasnya dengan pandangan yang tidak bersahabat.
"Ok, gue juga males kalo harus ngabisin hidup gue dalam pernikahan absurd ini. Hidup gue terlalu berharga buat gue jalanin bareng cewek nyebelin kayak lo"
"cihhh, banyak bacot lo. Udah nih pegang"
Gadis itu menyerahkan selembar kertas dan satu pulpen ke arahnya. Dengan malas pemuda itu meraihnya, kini ia harus ikutan duduk di lantai berhadapan dengan gadis yang saat ini sudah resmi menyandang status sebagai istrinya.
"point No 1, dilarang melakukan kontak fisik secara berlebihan kepada pasangan" ucap gadis itu memulai negosiasi.
"emang kita pasangan?" tanya si pemuda
"menurut hukum agama dan hukum negara kita resmi jadi pasangan suami-istri, tapi nggak buat hukum dunia gue. Udah ikutin aja sih lo banyak omong deh. Lama-lama gue sumpel mulut lo pake kaos kaki si ojan" sahutnya kesal
Siapa lagi si Ojan? Pemuda ini benar-benar kehabisan kata-kata untuk menghadapi sang gadis.
"Ok, OK"
"jadi lo setuju sama point 1"
"hmm"
"setuju apa nggak, ngomong yang bener" sentak gadis itu
"iyah setuju buset deh, gue banyak omong salah, irit ngomong juga salah, mau lo apa sih? lama-lama mulut lo nih, yang gue sumpel pake kaos kaki si ojan."
"emang lo kenal sama si ojan?" tanya gadis itu sambil menatap pemuda itu heran.
"bodo amat" kini gantian si pemuda yang membentaknya kasar, gadis itu hanya mendengus sambil mengumpat lirih, dengan suara yang nyaris tak terdengar namun gerak bibirnya sangat terbaca.
Belum genap sehari mereka tinggal dalam satu atap, kepala pemuda itu rasanya sudah mau pecah menghadapi gadis yang saat ini berstatus sebagai istrinya.
Lebih tepatnya istri dadakan. Seseorang yang tidak pernah ia harapkan untuk hadir dalam hidupnya. Mengusik ketenangan yang selama ini dia jaga.
Akibat perjodohan konyol yang dilakukan oleh orang tua mereka. Mengharuskan keduanya terjebak dalam ikatan pernikahan.
Mulai saat ini si pemuda yakin hari-harinya akan dipenuhi oleh kekacauan. Mengingat betapa menyebalkannya gadis itu.
"Point no 2 dilarang mengganggu aktifitas pribadi pasangan" pemuda itu melanjutkan negosiasi mereka.
Kesepakatan kembali berlanjut, dengan dibubuhi oleh perdebatan dan adu mulut akhirnya mereka berhasil menyelesaikan kontrak tersebut.
Kontrak nikah itu berisi 10 point yang harus mereka patuhi selama hidup bersama. Kini tinggal menentukan waktu berlakunya kontrak tersebut.
"jadi kapan kontrak ini berakhir?" tanya si pemuda
"emmm, enaknya kapan ya?"
"kok lo nanya gue sih, kan lo yang pertama punya inisiatif bikin kontrak ini gimana sih?"
"yah tapi kan gue belum kepikiran soal waktunya juga. Jangan nyalahin gue dong. Hidup gue aja udah salah karena harus nikah sama lo, sekarang lo nyalah-nyalahin gue lagi. dasar nggak tahu diri"
Apa? nggak tahu diri, Helloww sebenernya siapa yang nggak tahu diri disini? Masih untung gue nggak ngusir lo dari rumah gue, dasar cewek nyebelin. Batin sang pemuda
"satu tahun gimana?" tawar sang pemuda
"ihhh lama amat, gue nggak mau hidup lama-lama sama lo" protesnya
"ya terus lo maunya kapan?" si pemuda masih mencoba untuk sabar meski emosi sudah membumbung di ubun-ubun kepalanya.
"pokoknya jangan kelamaan dan jangan kecepetan"
"tiga bulan gimana?" usul si pemuda
"apa nggak kecepetan, orang-orang pasti curiga kalo kita udah rencanain semuanya. Apa lo nggak malu nanti sama rekan-rekan bisnis lo karena nggak bisa jaga rumah tangga lo dengan baik. Ya gue sih kasian aja kalo lo sampe jadi bahan gosip di kantor. Karena dalam perceraian biasanya pihak laki-laki lah yang bakal disalahin"
Demi dewa-dewi Yunani yang katanya cantik dan tampan, ingin sekali pemuda itu menyumpal mulut gadis di depannya ini.
"YA TERUS LO MAUNYA KAPAN?" bentaknya kasar
"biasa aja dong ngomongnya! kuping gue nggak budek kali" teriaknya balas membentak
Tabahkan hatiku ya Tuhan, batin si pemuda menjerit
"Ok, jadi lo maunya kapan istriku?" katanya lembut penuh penekanan, si gadis hanya bergidik ngeri mendengarnya
"enam bulan, kontrak ini berlaku selama 6 bulan kedepan. Setelah itu kita cerai"
"Ok deal" tanpa mau berlama-lama lagi si pemuda langsung menyetujui.
Dia malas berdebat dengan gadis menyebalkan ini, yang ada bisa kena serangan jantung kalo dia terus meladeni ucapan gadis tidak normal yang sayangnya sudah menjadi istri sahnya.
"DEAL"
Mereka berjabat tangan setelah resmi menandatangani kontrak tersebut. Saking resminya si gadis bahkan menyiapkan materai 6.000 dan stempel khusus untuk kontrak tersebut.
Mulai hari ini kawin kontrak pun dimulai. Entah kontrak itu akan berjalan sesuai kesepakatan, atau bahkan harus terhenti karena hal-hal yang tidak mereka rencanakan sebelumnya. Who knows?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Kontrak (eunkook)
Fanfiction"ayo kita bikin kontrak" "Kontrak apaan?" "Kontrak nikah lah apalagi" berawal dari KAWIN KONTRAK akankah pernikahan mereka bisa berlanjut atau berakhir sesuai Kontrak yang mereka buat sendiri. Who knows?