Setetes airmata kembali jatuh di pipi Una kala ia mengingat masa kecilnya. Sesegera mungkin ia menyekanya, namun gerakan kecilnya tak luput dari penglihatan Jeki. Ia tahu Una sangat sedih, sorot matanya kala dia bercerita menjelaskan segalanya. Bagaimana terlukanya ia, bagaimana kecewanya ia akan kehidupan yang mungkin tidak adil untuknya.
Disaat anak-anak lain mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya. Una hanya hidup bersama ayahnya. Ketika anak-anak lain bebas bermain dan tertawa bersama teman-temannya, Una hanya sendiri di rumah, bermain bersama pembantu yang sibuk mengurusi rumah. Hingga tanpa sadar kebiasaan itu menular pada dirinya dan terbawa hingga besar.
Itulah alasan kenapa Una kalo lagi marah sukanya bersih-bersih. Masakannya juga enak, karena ia sudah belajar masak sejak SD. Jeki benar-benar salut sama istrinya. Dibalik sosoknya yang nyebelin, cerewet dan kadang-kadang manja, Una adalah gadis kuat. Bahkan jeki tidak tahu apakah ia akan sanggup jika berada di posisi Una.
"Na lo mau ice cream nggak?"
Duhh jek emang lo kira Una anak bocah di kasih ice cream. Lagian kata-kata lo ini bisa bikin dia salah paham, disangkanya lo ngeledek lagi dasar bodoh.
Una mengerjap beberapa kali sambil berpikir. Si Jeki nggak salah, dingin-dingin gini ngajak makan ice cream.
Una mendongak menatap jeki yang juga melihatnya dengan senyum kikuk. Entah kenapa ide untuk mengajak Una makan ice cream terlintas begitu saja di benaknya. Banyak orang bilang, ice cream bisa membuatmu bahagia. Tujuan jeki hanya ingin membuat suasana hati Una menjadi lebih baik dengan ice cream, tidak lebih.
Come on jek, orang yang mau lo hibur ini wanita berusia 20 tahun, bukan bocah umur dua tahun. Harusnya lo kasih dia hiburan yang lain, sebuah kecupan hangat di kening mungkin, atau lo bisa mencuri satu kecupan di pipi. Atau kalo lo mau yang lebih ekstrem tapi enak, cium aja bibirnya mungkin bisa dapet lebih, mumpung habis hujan jek, kan paling enak kalo bisa saling menghangatkan.
Plak
Jeki menampar pipinya sendiri, untuk menghentikan pikiran-pikiran kotor dari otaknya. Si Iblis memang sangat hebat dalam menggoda umatnya. Hampir aja Jeki khilaf dan mengikuti sarannya. Untung iman gue kuat hufffttt.
"lo kenapa?" tanya Una saat jeki menampar pipinya sendiri
"eh nggak apa-apa Na, tadi ada nyamuk di pipi iyah"
"owh kirain ada apa, btw daripada ice cream mending kita bikin coklat panas aja" cetus Una
"ahh setuju" katanya mantap
Jeki melepaskan pelukan Una, lalu berjalan pelan ke arah jendela untuk memastikan hujan sudah benar-benar reda.
"hujannya udah berhenti, lo bisa tenang sekarang karena petirnya juga udah nggak ada"
Una yang masih duduk di tengah kasur akhirnya bisa tersenyum lega. Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju dapur.
"lo udah makan belum jek?" tanya Una sambil membuka kulkas,
"udah tadi di restoran bareng klien" jawabnya, sambil duduk di meja makan dengan mata yang terus mengekori pergerakan Una.
"emm, jadi lo pergi lama tadi ketemu klien?" kembali Una bertanya sambil mengambil dua cangkir dari laci Kitchen set.
"yah gitu deh, sebenernya tadi gue abis ngunjungin Ressort baru yang ada di Uluwatu. Gue keliling resort buat mastiin bangunan itu udah bener-bener siap di buka belum. Takutnya masih ada cela atau bagian yang belum rampung. Makanya lama dan jarak dari uluwatu kesini juga kan lumayan jauh"
"emmm gitu" responnya sambil ngangguk-ngangguk paham
Aroma coklat panas yang menguar dari cangkir mulai tercium oleh jeki. Una mengaduknya sebentar, memastikan bahwa coklat panas itu siap untuk dihidangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Kontrak (eunkook)
Fanfiction"ayo kita bikin kontrak" "Kontrak apaan?" "Kontrak nikah lah apalagi" berawal dari KAWIN KONTRAK akankah pernikahan mereka bisa berlanjut atau berakhir sesuai Kontrak yang mereka buat sendiri. Who knows?