42. Luka Lama pt 2

5.8K 376 105
                                    

Sesuai janji, hari ini aku duble up yeayyyy
Prok...prok...prok

Tadinya mau up tengah malem tapi tangan gatel buat up sekarang hehe.

Met malming bersama pasutri kesayangan kita Jeki&Una yuhu

Happy reading guys
Voment yg banyak ya

_________Kawin Kontrak_________

"cukup Rin, nggak usah lo ngebela diri sampe segitunya. Pak, Bu Airin bener dia nggak salah, karena memang semua salah saya"

"tuh kan Pak, Una aja ngakuin kalo dia yang salah" ucap gadis itu tanpa rasa bersalah sedikitpun

"Salah saya karena udah berteman sama orang seperti Airin, salah saya karena terlalu percaya sama Airin. Salah saya karena menganggap bahwa kita adalah teman. Saya terlalu naif untuk urusan pertemanan makanya gampang dobodohi sama orang lain."

Padahal gue selalu tulus berteman sama kalian, tapi kenapa akhirnya kayak gini Rin

Una menatap Airin tajam meminta penjelasan. Namun seolah menantang, gadis itu hanya menatap Una sekilas lalu membuang muka.

Una benar-benar tidak tahan, ia menarik lengan ayahnya lalu berkata dengan lirih,

"Ayah, tolong jangan perpanjang masalah ini lagi ya, kita pulang aja sekarang, Una mau pulang yah." ucapnya dengan tatapan memohon, bahkan mata gadis itu sudah berkaca-kaca menahan tangis.

Satu kedipan mata sudah bisa membuat airmata gadis itu mengalir deras. Namun sekuat mungkin Una menahannya, setidaknya ia tidak ingin menangis di depan orang-orang. Una selalu mengingat kata-kata ayahnya. 'Una harus kuat Una nggak boleh cengeng'.

Sebenarnya Ayah Una sangat ingin memarahi Airin, kalau bisa ia akan mengecek cctv kolam dan mencari tahu yang sebenarnya. Ia tahu Unanya tidak bersalah, dan gadis itu patut dihukum sesuai undang-undang yang berlaku. Namun melihat putrinya memohon seperti itu membuatnya tidak tega dan ikut merasa bersedih.

"iyah, yaudah kita pulang sekarang ya, nanti ayah yang minta izin sama guru kamu" katanya seraya memeluk putrinya.

Una mengangguk antusias, sebagai jawaban. Una ingin cepat pulang karena memang yang ia butuhkan saat ini hanya kasur dan bantal. Dua benda itulah yang menjadi tempat Una mencurahkan segala keluh kesahnya. Setiap kali punya masalah, Una hanya bisa merebahkan dirinya diatas kasur dan meredam semua tangisannya diatas bantal.

"Pak, Bu! saya minta izin bawa Una pulang ya, sepertinya anak saya masih butuh istirahat"

Iyah, Una butuh mengistirahatkan hati dan jiwanya saat ini. Tanpa banyak kata kedua guru itupun mengizinkannya, bahkan Bu Yuna sendiri yang akan bertanggung jawab mengurus perizinan Una.

Ia merasa kasihan, pada Una, sebagai guru BK yang sedikit banyak memahami psikologi anak. Bu Yuna tahu siapa yang bohong dan siapa yang jujur disini, namun ia tidak mau memperkeruh suasana dan memilih untuk diam karena memang dia tidak punya bukti apa pun.

Una dan ayahnya segera meninggalkan sekolah, sang ayah merangkul putrinya erat. Seakan Una adalah benda rapuh yang sekali sentuh bisa langsung pecah. Ia tahu putrinya sedang terguncang sekarang, dan sebagai ayah sudah selayaknya ia melindungi putrinya sendiri.

"Una!!" seseorang berteriak memanggil namanya tepat sebelum Una membuka pintu mobil.

Baik Una dan ayahnya menoleh ke arah suara, dilihatnya Jesi setengah berlari menghampirinya sambil membawa tas sekolahnya.

Kawin Kontrak (eunkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang