PART 1 | KOREA

690 17 0
                                    




Hari ini kesibukanku bertambah berkali-kali lipat. Pasalnya, ini adalah hari terakhir pengumpulan berkas untuk semua siswa S2 yang akan melangsungkan pertukaran pelajar ke Korea 1 bulan lagi. Pergelangan kakiku serasa mau terpisah dari betis mengingat sudah 5 kali aku berkeliling kampus ini untuk melengkapi persyaratan. Bukan, bukan karena aku tak dari jauh-jauh hari mengurusnya, tapi ide cemerlang menjadi siswa pertukaran ini baru saja terlihat menarik 2 minggu lalu. Menurutku, alasan untuk ikut pertukaran pelajar ini cukup buruk. Hanya ingin terlepas dari pertanyaan-pertanyaan kedua orangtuaku mengenai CALON SUAMI. Am I smart enough? Exactly!

Ini merupakan akhir dari semester 1 studi S2 ku. Perjuanganku untuk melanjutkan ke jenjang S2 menemukan berbagai masalah. Tapi masalah terburuknya adalah kedua orangtuaku. Mereka bukan mempermasalahkan soal biaya yang, you know what I mean tergolong tidak murah, karena uang kuliah kampus pilihanku –Harapan Indonesia bukan main mahalnya. Mereka hanya tak menyetujuiku untuk mengambil S2 sebelum aku menikah. Classic. Ketakutan orangtua akan anak gadisnya yang bisa saja mengesampingkan soal pernikahan ketika ia sedang mengejar karir.

Beribu macam cara dan alasan ku lontarkan agar mendapat restu mereka. Dan hal itu membuahkan hasil. Mereka menyerah! Tapi dengan syarat, setelah lulus S2 aku mau tak mau harus menikah. Mereka memperbolehkanku menikah dengan orang pilihanku, tapi jika sampai batas waktu yang ditentukan aku tak kunjung membawa calon suami, mereka nekad menjodohkanku. What?! Jaman apa ini? Kuno!

Aku kembali melangkahkan kakiku menuju ke mobil untuk pulang kerumah setelah mengingat perjalanan yang akan kami –Aku, Cilla dan Cayla tempuh lusa. Packing. Dua hari lagi merupakan hari dimana kami bertiga akan terbang ke Korea untuk berlibur. Bukan karena aku tak sabar untuk menghirup udara disana, tapi ini merupakan cita-cita kami yang tertunda sejak beberapa tahun lalu. Aku mungkin tak terlalu sibuk, hanya mengurusi kuliah dan ocehan kedua orangtuaku –yang tak henti-henti mengenai suami, Lagi? Tapi berbeda dengan 2 sahabatku. Cilla merupakan seorang dokter anak yang sangat sulit mendapatkan waktu luang. Ia baru setahun ini menyelesaikan sekolah specialist nya dan bekerja dirumah sakit impiannya. Sedangkan Cayla, ia seorang kontraktor bangunan untuk perusahan orangtuanya. Wah, menurutku itu pekerjaan yang cool, swag! Sayangnya kedua orangtuaku terlalu kaku. Mereka nantinya hanya memperbolehkanku bekerja sebagaimana orang kebanyakan bekerja. Jadi, disinilah aku sekarang, hanya seorang siswa business management. Poor you, Ad!

-----

Jangan pernah kau tanyakan padaku apakah aku bisa berbahasa Korea. Jawabannya pasti, TIDAK. Aku terlalu sibuk mengurus kuliahku dan oppa-oppa tampan di drama korea. Aku nekad? Memang! Demi mengistirahatkan telinga dari rengekan orangtuaku tentang masalah, ehem kau tau ' kan?

Kalian tahu, aku hanya mengerti sepenggal-penggal Bahasa Korea, itupun berkat koleksi dramaku. Saranghae, Annyeonghaseo, Kamsamida, Ajusshi –rasa oppa, dan beberapa kata-kata mudah lainnya. Aku memutuskan menggunakan Bahasa inggirs selama disana. Agar terlihat keren.

Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Aku sedang menunggu 2 wanita yang masih dalam perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta dengan sedikit kesal. Pasalnya, keberangkatan kami 30 menit lagi tapi batang hidung mereka belum terlihat sama sekali. Memang, aku bukan orang yang beranggapan telat itu buruk. Setiap orang punya alasan tersendiri mengapa mereka bisa telat. Tapi untuk yang satu ini aku tak mau coba-coba. Kau tau rasanya melihat pesawatmu lepas landas tanpa kau di dalamnya dengan alasan telat 5 menit untuk check in. Atau pernah terduduk sendiri berjam-jam di bandara hanya untuk menunggu barang-barangmu yang diterbangkan pada penerbangan selanjutnya karena telat boarding. Tak mau membayangkan! Aku pernah! Unbelievable! Amazing! KESALNYA.

Sepuluh menit kemudian aku bisa bernapas lega karena hidung kurang mancung mereka sudah dapat kulihat sekarang. Secepat kilat kami bertiga berlari menuju gate setelah memasukkan barang-barang ke bagasi.

"Tak bisa kah kalian agak sedikit lebih tepat waktu? Menunggu kalian dengan was-was itu melelahkan!" Aku memulai percakapan kami di dalam pesawat yang sedang bersiap lepas landas.

"Andai kau tau Ad, si tukang bangunan -Cayla ini membuatku nyaris kehilangan passport ku!" Seru Cilla sambil menunjuk Cayla dengan dagunya.

"Aku tak berniat menghilangkannya, aku hanya berniat sedikit mengerjai orang yang sangat ceroboh ini." Cayla berkilah.

"Ya! Dan kau berhasil membuat kita nyaris ketinggalan pesawat!" Nadanya makin meninggi. Beberapa orang menoleh kearah kami.

"Oh, jebal! Belum cukup membuatku emosi jiwa dengan datang terlambat, kini kalian memaksaku untuk mendengar pertengkaran tak bermutu seperti ini?" Aku mulai gerah berada diantara mereka berdua. Mereka berdua menggerutu.

"Tolong sudahi buddy! Kenakan sabukmu!" Perintahku pada Cayla.

"Copy that capt! Korea, we're coming!" Cayla memekik keras.

Too excited.

MEMALUKAN.


TBC

my #2nd project

with love,

E

.

.

.

.

hay. cuma mau say hay buat yang baca hehehe

aku rasa ini bakal jadi cerita yang panjang.

jangan lupa vote+comment yah :)

THE UNTOUCHABLE | FF PARK CHANYEOL ❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang