"Jangan sedih, masih ada aku kok yang peduli sama kamu."
🐻🐻🐻
Matahari telah muncul ke permukaan bumi dan menandakan bahwa malam telah berganti pagi. Namun, gadis cantik itu terlihat masih tetap setia memejamkan mata dan berbaring dengan nyaman di atas ranjang. Ranjangnya sudah seperti magnet yang akan terus membuatnya berbaring di sana sepanjang hari. Hingga suara alarm ponsel berhasil menggangu kenyamanannya.
Gadis tersebut mematikan alarm ponselnya dan kembali tertidur. Namun tak berselang lama suara itu kembali terdengar.
"Duh, ganggu orang tidur aja sih!"
Gadis tersebut adalah Alisa Anindita Salsabila atau yang kerap disapa dengan nama Lisa. Ia terpaksa bangun dari ranjang kesayangannya ketika mendengar suara alarm ponselnya yang kembali berbunyi dan segera mematikannya. Lalu duduk di pinggir ranjangnya untuk mengumpulkan semua nyawanya, kemudian beranjak pergi menuju kamar mandi.
Setelah selesai melakukan ritual paginya Lisa segera menuju ke dapur. Ia melihat Bi Inah sedang menyiapkan sarapan dan tengah meletakkannya di atas meja makan.
"Pagi, Bi," sapa Lisa ramah sambil menjatuhkan bokongnya di kursi.
"Pagi, Non," balas Bi Inah tak kalah ramah.
"Mama sama Papa kemana, Bi?" tanya Lisa sambil memakan sarapannya.
"Subuh tadi Tuan sama Nyonya udah pergi, Non. Katanya ada urusan bisnis di luar kota."
Lisa hanya bisa menghela nafas berat. Kabar seperti itu sudah sering terdengar di telinganya, bahkan ia sendiri pun sampai bosan.
Sempat terpikir di benaknya, apakah ia akan terus hidup seperti ini? Tidak cukupkah hanya Papanya saja yang mencari uang? Bahkan dengan Mamanya berhenti kerja pun tidak akan membuat hidup mereka menjadi miskin kan? Tapi sudahlah, mungkin itu hanya keinginannya saja yang tidak akan bisa menjadi kenyataan.
"Non Lisa makan yang banyak, Bibi mau ke belakang dulu."
Namun sebelum Bi Inah pergi Lisa sudah terlebih dahulu menahannya, "Bibi makan di sini aja bareng Lisa."
"Gak usah, Non. Bibi makan di belakang aja."
"Udah Bi, makan di sini aja bareng Lisa. Biar Lisa gak sendirian."
Akhirnya Lisa pun sarapan bersama dengan Bi Inah. Sebenarnya Lisa sudah menganggap Bi Inah sebagai Mama keduanya. Ketika Lisa sedang ada masalah Bi Inah lah yang selalu membantunya. Beliau yang selalu berada di sisi Lisa dan tak lupa untuk memberikan semangat kepada dirinya. Dengan adanya kehadiran Bi Inah membuat Lisa bisa sedikit melupakan kekecewaannya terhadap kedua orangtuanya.
Setelah selesai sarapan, Lisa melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Duduk di sofa yang empuk dengan tangan yang hanya sibuk membolak-balikkan majalah tanpa ingin membacanya sama sekali. Bosan, itulah yang ia rasakan saat ini. Berada di dalam sebuah rumah yang besar dan juga mewah yang hanya ditempati oleh dirinya dan Bi inah. Kedua orangtuanya hanya menyempatkan diri untuk datang ke rumah ketika ada sesuatu hal penting yang tertinggal. Setelah itu, mereka tak akan pernah kembali lagi dalam waktu yang lama.
Lisa mengambil benda pipih yang terletak tak jauh darinya. Jari-jarinya dengan lincah mengetik sesuatu kemudian mengirimkannya kepada seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sahabatmu(Tahap Revisi)
Teen Fiction(COMPLETE) "Aku suka sama kamu!" "Cinta sama kamu!" "Tapi, kalau kamu cuma anggap aku sahabat, aku bisa apa?" Lisa tau jika ia tak seharusnya jatuh cinta kepada sahabat masa kecilnya. Namun, jangan salahkan dirinya yang tak mampu mengontrol perasaan...