Terlihat dua orang gadis sedang berjalan di sepanjang koridor sekolah yang begitu sepi. Jam pelajaran telah berlangsung sejak lima belas menit yang lalu. Namun, kedua gadis ini masih tetap berjalan dengan santainya sambil sesekali berbincang ria. Kedua gadis itu adalah Lisa dan Vina.
Mereka baru saja menyelesaikan amanah dari Bu Rosa untuk mengembalikan buku di perpustakaan. Saat ini, mereka tengah dalam perjalanan untuk kembali ke kelas.
"Vin, lo duluan aja. Gue mau ke toilet sebentar," ujar Lisa.
"Ya udah, jangan lama-lama. Entar lo dikira bolos lagi sama Bu Rosa," tukas Vina sambil memberikan nasehat kepada sahabatnya.
Lisa hanya menganggukan kepalanya saja dan segera pergi menuju ke salah satu toilet terdekat.
Setelah menghabiskan waktu selama beberapa menit di dalam toilet, langkah kaki Lisa mulai membawa tubuhnya untuk keluar dari tempat itu. Sekarang ia harus kembali ke kelas.
Kebetulan, jalan menuju kelasnya kini harus melewati lapangan basket. Di mana Lisa bisa melihat beberapa siswa yang tengah melakukan pembelajaran olahraga di sana. Sekilas dirinya menangkap keberadaan Reyhan. Wajah cowok itu terlihat begitu serius dalam memainkan bola berwarna orange tersebut. Tanpa sadar sebuah senyuman pun mulai terpatri di wajah cantik Lisa.
Hingga kesadaran mulai menghampiri diri Lisa sepenuhnya. Kenapa ia jadi terus memperhatikan kakak kelasnya itu? Ia menggeleng-gelengkan kepalanya cepat dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda.
Naasnya, baru di langkah kedua ia berjalan, tiba-tiba saja ada sebuah bola basket yang tengah mengarah kepadanya. Tanpa bisa dihindari lagi, bola itu mendarat tepat di kepala Lisa dengan keras.
Bukk!
"Aduuhhh!" jerit Lisa. Tubuhnya mendadak oleng dan jatuh begitu saja menyentuh dinginnya lantai. Salah satu tangannya terangkat untuk memegangi kepalanya yang mulai berdenyut sakit.
Dibalik kesakitannya, ia mendengar suara langkah kaki seseorang yang berjalan mendekat ke arahnya. Setelah itu, ia merasakan tubuhnya direngkuh oleh seseorang agar bisa berhadapan dengannya.
"Lisa!" teriak orang itu. Lisa tak dapat melihat dengan jelas siapa seseorang berada di hadapannya. Tak lama kemudian, ia merasakan ada sebuah cairan yang keluar dari hidungnya.
"Lis, lo mimisan!" seru orang itu lagi yang terdengar semakin panik.
Lisa yang penasaran dengan seseorang yang berada di hadapannya itu mencoba untuk memperjelas penglihatannya. Namun, hal itu malah membuat kepalanya menjadi berdenyut sakit. Hingga kegelapan mulai menguasai dirinya.
Sementara di lain tempat, Vina terlihat begitu kebingungan. Lisa belum juga sampai di kelas setelah dia meminta izin kepadanya untuk pergi ke toilet. Apakah sahabatnya itu baik-baik saja?
Hingga jam pelajaran Bu Rosa mulai berakhir, berganti dengan mata pelajaran Matematika. Namun belum juga ada tanda-tanda kemunculan dari sang sahabat. Beruntung jika hari ini Pak Joko sedang sakit, setidaknya Lisa bisa terbebas dari kekejaman guru berkepala plontos itu.
Vina mencoba untuk terus menghubungi Lisa berkali-kali, namun hanya suara operatorlah yang menjawab panggilannya. Tak menyerah, ia mencoba untuk mengetikkan sesuatu dan mengirimkannya berulang kali kepada Lisa.
"Tuh anak ngilang mulu perasaan, gak capek apa? Gue yang lihat dia ngilang aja capek," gumam Vina, yang menggunakan tangannya untuk menahan berat kepalanya.
Hingga, getaran pada ponsel Vina mmembuanya dengan cepat mengangkat panggilan yang masuk itu.
"Halo Lis, lo kemana aja? Kok belum balik-balik sih?!" omel Vina langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sahabatmu(Tahap Revisi)
Teen Fiction(COMPLETE) "Aku suka sama kamu!" "Cinta sama kamu!" "Tapi, kalau kamu cuma anggap aku sahabat, aku bisa apa?" Lisa tau jika ia tak seharusnya jatuh cinta kepada sahabat masa kecilnya. Namun, jangan salahkan dirinya yang tak mampu mengontrol perasaan...