43 | Perubahan

133 12 0
                                    

Happy Reading's 🌸

Hening. Itulah yang mereka rasakan saat ini. Tak ada seseorang pun yang berminat mengeluarkan suara. Mereka lebih berminat untuk bergelut dengan pikiran mereka masing-masing.

Satu jam sudah berlalu, namun tak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa operasi telah selesai dilaksanakan.

Hingga suara pintu terbuka membuat pandangan semua orang beralih menatap seseorang yang keluar dari pintu tersebut.

"Dok, bagaimana operasinya? Anak saya baik-baik saja kan, Dok?"

🌸🌸🌸

Di lain tempat terlihat seorang cowok dengan penampilan yang sangat berantahkan. Kantung mata yang terlihat di kedua matanya menandakan bahwa dirinya tak pernah tidur dalam beberapa hari. Bahkan makanan yang disediakan untuknya pun tak tersentuh sedikit pun.

"Dino, makan dulu sayang. Bunda udah buatkan makanan kesukaan kamu," ucap seorang wanita paruh baya dari luar kamar, namun tak dihiraukan oleh Dino. Yah, seseorang itu adalah Dino. Bahkan sudah berulang kali Dino menghiraukan panggilan dari Bundanya.

"Dino, Bunda masuk ya?"

Ceklek! Pintu pun terbuka. Rani yang melihat keadaan anaknya sekarang hanya bisa menghela nafas berat. Pandangannya beralih pada sepiring nasi yang ia berikan kemarin malam. Piring itu masih penuh, bahkan tak tersentuh sama sekali.

"Dino, kamu makan ya sayang?"

Tak ada respond apapun yang di berikan Dino. Cowok itu masih setia menatap kosong pandangan di depannya. Tak ada ekspresi apapun yang ditunjukkan oleh Dino.

Rani kembali menghembuskan nafas berat. "Bunda sedih lihat kamu seperti ini. Bunda mohon, kembali seperti Dino yang dulu," bujuk Rani sambil memeluk anaknya. Ia merindukan keceriaan Dino yang kini sudah tak terlihat lagi. Ia sungguh rindu itu.

"Kalau kamu lapar kamu ke bawah ya sayang, bunda sudah masak buat kamu."

Dino hanya menganggukan kepala dan itu sudah membuat Rani tersenyum senang. Kemudian ia pergi keluar dari kamar Dino.

Masih dengan posisinya sekarang, Dino menatap kosong pandangan di depannya. Kejadian demi kejadian saat dirinya bersama Sarah terus terulang di kepalanya. Ketika Sarah memutuskan dirinya demi bersama dengan pria lain, adegan itu yang selalu terekam dengan sangat jelas dipikirannya.

"Dino?"

Suara itu? Suara yang sudah cukup lama tak ia dengar. Ia berpikir bahwa dirinya sekarang sudah gila, mendengar suara Lisa yang tepat berada di sampingnya. Bukannya gadis itu tengah marah kepadanya? Jadi tak mungkin ia berada di sini.

"Dino?"

Suara itu lagi. Suara itu cukup jelas dan menandakan sang pemilik suara berada di sampingnya saat ini. Dengan perlahan Dino menolehkan kepalanya ke kanan.

Dino sungguh terkejut saat dirinya melihat Lisa yang sedang tersenyum kepadanya. Dia tengah duduk di samping dirinya dengan wajah yang begitu bersinar.

"Lisa? Kamu disini?" tanya Dino masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Iya Dino. Ini aku Lisa."

Dino mencoba mengambil salah satu tangan Lisa, kemudian di genggamnya dengan kuat. "Maafin aku Lis, maafin aku. Aku selalu buat kamu dalam masalah, aku gak ada di saat kamu butuh aku... Aku memang gak berguna, aku gak bisa lindungi kamu," ucap Dino dengan penuh penyesalan.

"Din, aku gak pa-pa kok. Justru aku bisa belajar jadi orang yang kuat, gak manja terus ke kamu," ucap Lisa sambil tersenyum. Sungguh Dino tak bisa memungkiri bahwa Lisa terlihat sangat cantik.

"Tapi aku udah ngelanggar janji aku buat jagain kamu."

"Ssttt! Gak usah dipikirin.... Aku cuma mau kasih tau sesuatu, kamu harus bisa lupain Sarah karena dia perempuan yang gak baik dan cobalah untuk membuka hati. Jangan menyiksa diri kamu seperti ini. Kamu gak kasihan sama Bunda yang selalu sedih melihat kamu seperti ini? Bahkan aku juga sedih."

"Baiklah, aku akan kembali menjadi Dino yang dulu ," ucap Dino dengan mantap dan itu membuat Kisa tersenyum senang.

"Aku seneng dengarnya. Aku gak mau kamu menyesal nantinya. Kamu juga perlu tau kalau aku udah maafin kamu, aku gak ingin lihat kamu sedih lagi yang akan membuat aku ikut sedih disana nanti. Lisa sayang sama Dino."

"Maksud kamu?"

Tiba-tiba pintu terbuka dengan sangat kencang. Terlihat Rani yang sedang berdiri disana dengan air mata yang mengalir deras.

"Bunda?"

Rani langsung berlari dan memeluk Dino dengan sangat erat. Hal itu justru membuat Dino merasa heran.

"Bunda kenapa?"

"Kamu yang sabar ya, sayang. Kamu harus terima dengan ikhlas."

"Maksud Bunda apa? Dino harus sabar kenapa? Ikhlas kenapa?"

"....."

"Gak mungkin!"





Tbc.
Alhamdulillah...

Akhirnya aku up lagii😊

Aku up dua chapter lohhh!! Buruan di cek yaaa:))
Jangn lupakan vote dan comentnya


Salam manis,
Putriyxx

Aku Sahabatmu(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang