"Lo sadar gak sih? Kata-kata lo itu berpengaruh besar buat gue"
🐻🐻🐻
"Jadi keinget masa kita dulu," ujar Dino, yang sukses membuat Lisa terkejut mendengarnya.
"Ma-maksud kamu?" tanya Lisa yang terlihat bingung sekaligus gugup.
"Yaa ... aku kangen aja. Waktu kamu nangis ke aku, marah-marah ke aku, sedih ke aku. Tapi senangnya tanpa aku."
Mendengar penuturan itu membuat Lisa langsung memukul punggung Dino pelan. Sementara, yang diberi pukulan malah terkekeh pelan.
"Hehe ... becanda-becanda. Intinya, aku kangen sama masa kita. Sekarang kita udah besar sih. Gak bisa deket kayak dulu lagi. Aku punya kesibukan sendiri, begitu juga sama kamu," tukas Dino lagi yang sambil fokus menyetir.
Sementara, Lisa hanya tersenyum mendengarnya penuturan Dino. Entah senyum seperti apa yang tengah ia tunjukkan, sampai-sampai kedua matanya kini mulai mengabur akibat genangan air mata. Rasa senang dan juga sedih tiba-tiba datang bersamaan menghampirinya.
Gue emang sibuk, Din. Gue sibuk untuk ngeluarin nama lo yang masih terus melekat di hati gue, karena perhatian dan juga kata-kata lo yang terus aja buat gue luluh, batin Lisa lirih.
Hingga akhirnya motor Dino kini berhenti di depan rumah Lisa. Ia segera memakirkan motornya dan mengikuti Lisa untuk masuk ke dalam rumah. Di ruang tengah, mereka bertemu dengan Nia dan juga Gilang yang tengah asik menonton acara TV.
"Assalamualaikumm, Lisa pulang!" teriak Lisa. Kemudian segera berjalan mendekat untuk mencium punggung tangan Mama dan Papanya.
"Assalamualaikumm," ujar Dino, yang kini juga ikut mencium tangan Nia dan Gilang.
"Waalaikumussalam, Dino apa kabar? Kamu sekarang jarang main ke rumah," ujar Nia.
Dino tersenyum sopan. "Alhamdulillah, baik, Ma. Kalau soal itu, akhir-akhir ini lagi banyak urusan," tukas Dino yang masih memperlihatkan senyumnya.
"Oh gitu."
Pandangan Dino kini beralih ke arah Gilang. "Papa kapan pulang?" tanyanya.
"Kemarin sore. Kamu mau gak main catur bareng Papa?" tawar Gilang, yang tiba-tiba saja telah membawa kotak catur di tangannya.
Lisa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Papanya. Setiap ada teman laki-laki yang main ke rumah pasti selalu diajak untuk main catur.
Dino mengusap tengkuknya yang tak gatal. "Maaf, Pa. Dino gak bisa, Dino harus segera pulang," tolak Dino dengan sopan.
Gilang menganggukan kepalanya mengerti. "Oh iya, gak apa-apa. Tapi, lain kali harus bisa," tukas Gilang.
"Pasti, Pa," ujar Dino sambil menunjukkan jempolnya. "Dino pulang dulu Ma, Pa."
Dino menatap ke arah Lisa. "Lis, aku pulang ya," pamitnya lagi, yang dijawab senyuman oleh Lisa.
"Hati-hati, Din."
"Assalamualaikumm."
"Waalaikumussalam."
🐻🐻🐻
Di dalam kamar serba birunya, terlihat Lisa yang tengah asik merebahkan diri sambil membaca novel kesukaannya. Hingga suara pintu yang terbuka membuatnya mengalihkan pandangan.
Di depan pintu kamarnya, Lisa melihat keberadaan sang Mama. Secepat mungkin ia mengubah posisinya menjadi duduk.
Nia yang melihat tingkah anaknya hanya bisa menggelengkan kepala. Kemudian, ia berjalan masuk dan ikut meletakkan bokongnya di tepian kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sahabatmu(Tahap Revisi)
Teen Fiction(COMPLETE) "Aku suka sama kamu!" "Cinta sama kamu!" "Tapi, kalau kamu cuma anggap aku sahabat, aku bisa apa?" Lisa tau jika ia tak seharusnya jatuh cinta kepada sahabat masa kecilnya. Namun, jangan salahkan dirinya yang tak mampu mengontrol perasaan...