"Gue malah seneng selalu direpotin sama lo karena gue bisa deket terus sama lo."
🐻🐻🐻
"Kayaknya udah penuh semua nih, gak ada lagi tempat yang kosong," ucap Lisa dengan nada kecewa. Kondisi kantin saat ini memang telah dipenuhi oleh lautan manusia. Sama halnya dengan Lisa dan Vina, tujuan mereka datang ke tempat ini adalah untuk mengisi perut mereka yang telah keroncongan semenjak jam pelajaran masih berlangsung tadi.
Lisa menghembuskan nafasnya kasar. Jika tau akan seperti ini, mungkin saja ia tidak akan meminta Vina untuk sengaja memperlambat jalan mereka menuju kantin. Namun semua ini ia lakukan agar dirinya tidak berpapasan dengan Dino. Semenjak kejadian kemarin malam, Lisa menjadi canggung jika harus bertemu dengan sahabatnya itu. Bahkan tadi pagi ketika sang sahabat menjemputnya ke rumah, ia hanya bisa menunjukkan senyuman kaku tanpa ada mengucapkan kata-kata apapun setelahnya.
Perut Lisa terus saja mengeluarkan bunyi yang membuatnya semakin tidak nyaman. "Vin, gimana nih?" tanya Lisa sambil menggoyang-goyangkan lengan Vina.
"Gara-gara lo sih! Ngapain coba pakai lambat-lambat jalannya? Kan jadinya gak dapat tempat!" kesal Vina. Ia melemparkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, mencoba melihat sekali lagi apakah masih ada bangku kosong yang tersisa.
"Lis, di situ ada tempat tuh! Ayok!" Langsung saja Vina menarik salah satu tangan Lisa untuk segera menuju ke tempat yang ia maksud.
Lisa sontak saja terkejut ketika mengetahui bahwa tempat yang dimaksud oleh sahabatnya itu adalah tempat yang juga telah di tempati oleh Dino dan Sarah.
"Wah ... Kebetulan banget! Kita boleh gabung di sini gak?" tanya Vina tanpa basa-basi. Sementara Lisa hanya bisa berdiam diri dengan pandangan yang terus saja menghindari tatapan Dino.
"Boleh lah, gabung aja. Sa, kamu duduk di depan aku aja." Lisa mengumpat dalam hati dengan apa yang dikatakan oleh Dino. Mengapa cowok itu mau menerimanya? Seharusnya ia menolaknya sehingga dirinya bisa pergi mencari tempat kosong yang lain.
"Sa? Kamu ngelamun?" Panggilan dari Dino membuat Lisa tersadar dari lamunannya. Kemudian ia segera mengambil tempat duduk tepat di depan sahabatnya.
"Eh, Vina kemana?" Lisa menolehkan kepalanya ke samping, namun ia juga tak dapat menemukan keberadaan sahabat perempuannya itu.
"Dia lagi mesan makanan." Lisa hanya bisa menjawabnya dengan anggukan kepala. Hingga suasana canggung pun mulai merayap datang. Kini Lisa mencoba untuk lebih fokus kepada ponselnya dan menghiraukan aktivitas apapun yang dilakukan oleh sepasang kekasih yang berada di depannya.
"Makanan datang!" Mendengar suara teriakan Vina membuat Lisa akhirnya bisa bernafas dengan lega. Kedua tangannya pun segera mengambil makanan dan minuman yang telah sahabatnya pesan. Lalu memakannya dengan penuh hikmat.
"Oh ya, selamat ya buat kalian berdua! Semoga bisa langgeng. Kemarin gue gak sempat ngucapin ke kalian soalnya Lisa udah keburu minta pulang," ujar Vina dengan senyum bahagianya.
"Makasih ya, Vin," ucap Sarah yang juga tersenyum.
"Gak ada pj nih? Gak usah mahal-mahal, traktir makanan juga boleh." Lisa langsung saja menyiku pelan perut Vina.
"Gak usah didengarin, lupain aja. Btw, langgeng ya buat kalian berdua."
Mendengar perkataan Lisa membuat Dino tersenyum senang. "Makasih ya, Sa. Sebenarnya aku mau cerita ke kamu. Tapi aku terlalu malu dan takut jika nanti cinta aku gak akan terbalas. Makanya aku coba untuk nyatain dulu ke sarah dan setelah itu baru cerita ke kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sahabatmu(Tahap Revisi)
Teen Fiction(COMPLETE) "Aku suka sama kamu!" "Cinta sama kamu!" "Tapi, kalau kamu cuma anggap aku sahabat, aku bisa apa?" Lisa tau jika ia tak seharusnya jatuh cinta kepada sahabat masa kecilnya. Namun, jangan salahkan dirinya yang tak mampu mengontrol perasaan...