"Lisa!"
Teriakan itu membuat Lisa terpaksa harus mendongakkan kepalanya. Dari kejauhan ia melihat sosok Claudia yang tengah berlari ke arahnya.
"Astaga, lo kenapa bisa begini? Lo mimisan!" seru Claudia cepat setelah dirinya sudah berada di samping Lisa.
"Gue gak apa-apa kok, Kak."
Setelah berucap demikian, Lisa berusaha untuk melepaskan diri dari rengkuhan Claudia. Ia memilih untuk sedikit bergeser menjauh dari Kakak kelasnya ini. Entah mengapa, setelah kejadian di kantin tempo lalu membuatnya berfikir untuk sedikit menjauh dari sosok Claudia.
Sementara, Claudia yang menerima penolakan dari Lisa merasa bingung. Hingga tak lama kemudian ia pun mulai mengerti dengan situasinya.
"Gue gak bermaksud apa-apa, gue cuma mau nolongin lo doang," jelas Claudia, berharap bahwa Lisa akan dapat mempercayai ucapannya.
Lisa hanya bisa diam sambil terus menundukkan kepalanya. Tidak tahu apakah perkataan Claudia bisa dipercayai atau tidak. Ia masih sangat ragu.
"Tadi gue lihat gengnya Bianca habis dari sini. Ini pasti ulahnya dia kan?" tanya Claudia. Namun, lagi-lagi Lisa hanya diam.
"Gue bakalan laporin ini ke kepala sekolah," tukas Claudia cepat dan mulai bersiap untuk pergi.
Namun, cekalan dari tangan Lisa membuat langkah Claudia tertahan. Ia tak ingin kejadian ini terus berlanjut dan membuat orang-orang di sekitarnya khawatir. Membuat Claudia akhirnya pun membatalkan niatnya.
Setelah itu, Claudia membantu Lisa untuk berjalan menuju UKS. Kondisi Lisa saat ini begitu lemah sehingga ia menyuruhnya untuk beristirahat sejenak. Tak lupa, ia meminta bantuan temannya untuk membelikan makanan dan minuman di kantin. Bahkan, ia juga memberikan pakaian seragam baru kepada Lisa.
Lisa yang merasa heran dengan perlakuan baik Claudia pun memutuskan untuk bertanya. "Kak, gue mau nanya boleh?"
Claudia menghentikkan aktivitasnya dan beralih untuk duduk di samping ranjang yang tengah Lisa tempati. "Tanya apa?" tanyanya balik.
Tangan Lisa tanpa sadar terangkat untuk menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ia merasa suasana sekarang begitu canggung.
"Bukannya Kak Claudia gak suka ya sama gue? K-kok Kakak mau nolongin gue?" tanya Lisa dengan nada yang semakin kecil dan lambat di akhir.
Claudia menunjukkan senyuman hangatnya yang justru membuat Lisa semakin mengkerutkan keningnya pertanda bingung.
"Gue tau kalau lo masih bingung sama sikap gue yang mendadak baik ke lo. Dulu gue emang jahat. Tapi, sekarang gue udah sadar kalau cinta itu gak bisa dipaksa. Gue gak bisa maksa Reyhan untuk balik cinta sama gue. Jadi, gue harap lo jangan ngenyia-nyiain Reyhan seperti gue dulu. Gue tau kalau Reyhan itu sayang tulus sama lo," ucap Claudia panjang lebar dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajah indahnya.
Sementara, Lisa hanya membalasnya dengan ikut tersenyum. Ia sungguh tidak tahu harus berkata apa.
Pandangan Lisa kini beralih pada jam dinding UKS. "Kak, kayaknya gue harus ke kantin deh. Sahabat gue pasti lagi nungguin gue," ujar Lisa dengan sopan. Kedua kakinya mulai ia turunkan ke bawah ranjang, berniat untuk segera pergi.
"Ya udah, gue bantu lo jalan ya."
Ucapan Claudia hanya dijawab anggukan kepala oleh Lisa. Bagaimanapun juga ia masih merasa lemas setelah kejadian tadi.
Dengan hati-hati, Claudia membantu Lisa untuk berjalan menuju kantin. Jarak UKS dengan kantin bisa dibilang cukup jauh, sehingga mereka harus berjalan dengan penuh kesabaran. Hingga teriakan seseorang membuat keduanya menoleh ke arah sumber suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sahabatmu(Tahap Revisi)
Teen Fiction(COMPLETE) "Aku suka sama kamu!" "Cinta sama kamu!" "Tapi, kalau kamu cuma anggap aku sahabat, aku bisa apa?" Lisa tau jika ia tak seharusnya jatuh cinta kepada sahabat masa kecilnya. Namun, jangan salahkan dirinya yang tak mampu mengontrol perasaan...