"Karena tak ada yang tau kapan perasaan bisa berubah."
Kini terlihat sepasang kekasih yang tengah dinner di sebuah cafe. Terlihat senyum bahagia diantara mereka berdua.
"Aku senang banget bisa habisin waktu berdua bareng kamu," ucap Sarah dengan senyum menawannya. Yah, sepasang kekasih itu adalah Sarah dan Dino.
"Aku juga senang," jawab Dino ikut tersenyum.
"Oh ya, ini udah masuk 1 bulan kita pacaran. Aku harap gak ada masalah yang menimpa hubungan kita," tambah Dino.
"Aku sih berharap gitu. Tapi itu semua tergantung dari kamu."
"Maksud kamu?"
"Yah, kalau kamu gak deket-deket lagi sama sahabat kamu itu pasti hubungan kita bakalan baik-baik aja," ucap Sarah jutek. Seketika suasana di sekitar mereka berubah.
"Sar, kenapa sih kamu selalu larang aku deket sama Lisa? Lisa itu sahabat aku, gak lebih. Juga dia gak seperti yang kamu pikirin, Lisa itu baik," ucap Dino menjelaskan.
"Ohh, jadi semua ini salah aku? Aku larang kamu deket-deket sama Lisa biar hubungan kita baik dan kamu salahin aku?!" tanya Sarah yang mulai terpancing emosi.
"Gak gitu Sar, maksud—"
"Apa? Maksudnya Lisa itu cewek yang baik dan aku sebagai cewek yang jahat disini, karena udah larang-larang kamu berhubungan sama Lisa gitu? Pikiran kamu tu selalu aja tentang Lisa, Lisa dan Lisa, atau jangan-jangan yang ada di hati kamu itu cuma Lisa!"
"Sar, cukup! Bisa gak kamu jangan langsung menyimpulkan semuanya. Dengerin aku dulu," ucap Dino.
"Iya, gue orangnya emang gini. Beda sama Lisa lo yang selalu perfect di mata lo!"
Setelah mengatakan itu, Sarah segera pergi meninggalkan Dino. Dinner romantis yang telah mereka siapkan hancur begitu saja.
"Kenapa sih, kenapa kamu gak bisa ngerti kalau aku sayangnya itu sama kamu," ujar Dino frustasi sambil menjambak-jambak rambutnya.
Hingga ada seseorang yang menepuk bahunya. "Lo gak pa-pa?"
"Vina? Kamu ngapain disini?"
"Emangnya gak boleh ya? Ini kan tempat umum," jawab Vina seadanya dan langsung duduk di tempat Sarah tadi.
"Gak pa-pa sih."
Vina melihat sekitar dan juga meja yang Dino pesan. Semuanya nampak cantik dan terkesan sangat romantis.
"Lo mau dinner sama Sarah ya? Yaudah deh, gue pergi aja takut ganggu."
Belum sempat Vina pergi, tangannya sudah di cekal terlebih dahulu oleh Dino.
"Dinner gue berantakan Vin."
"Kok bisa?"
Akhirnya Dino menceritakan semua yang baru saja ia alami. Dimana acara dinner mereka gagal di karenakan perdebatan yang menurut Dino adalah sebuah kesalahpahaman yang Sarah rasakan sampai sekarang.
"Oh gitu, pantesan gue lihat muka lo kusut banget," ucap Vina yang hanya direspond senyuman hambar oleh Dino.
"Udah deh gak usah galau mulu, gue temenin deh sampai lo ceria lagi. Gimana?"
"Terserah."
Vina tersenyum mendengar jawaban dari Dino. Kemudian ia memanggil seorang pelayan untuk memesan sesuatu.
Dino hanya pasrah ketika Vina yang memesankannya makanan. Dirinya sungguh sangat malas hanya untuk memilih makanan yang ia mau di menu. Hingga tak lama kemudian makanan yang mereka pesan pun datang.
"Yeayy, akhirnya datang juga!!" seru Vina semangat. Dini terheran-heran melihat menu makanan yang telah ada diatas meja sekarang.
"Kamu pesan cake sebanyak ini?"
"Iya, lo gak suka?"
"Aku mau kopi aja," ucap Dino yang ingin memanggil seorang pelayan, namun di tahan oleh Vina.
"Lo itu ya, hidup lo tu udah pahit. Ngapain coba lo mesan yang pahit-pahit, biar makin pahit hidup lo?" Dino hanya diam.
"Mending lo makan ini aja."
Dino mengambil sebuah cake dengan full cream vanilla di seketarnya dan tak ada niatan untuk memakannya.
"Tu cake gak bakalan habis kalau cuma lo lihatin gitu. Atau mau gue ajarin caranya makan cake?"
"Gak perlu."
Dino mulai memotong cake tersebut dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Rasa manisnya cream vanilla langsung terasa oleh indra pengecapnya, kala cake itu berada di dalam mulutnya. Dino begitu menikmati sensasi manis yang dihadirkan oleh cake tersebut. Hingga tanpa ia sadari cake itu telah lenyap masuk ke dalam perutnya.
"Gimana, enak kan?" tanya Vina memastikan. Dino tersenyun sambil menganggukan kepalanya.
"Thanks ya, Vin."
"Iya, gue juga pernah galau. Jadi ini yang gue lakuin kalau gue lagi galau. Makan sesuatu yang manis, karena sesuatu yang manis itu akan buat lo melupakan kehidupan pahit lo walau cuma sementara. Tapi setidaknya lo merasa lebih tenang," ucap Vina.
"Satu lagi, lo kalau jadi cowok jangan suka galau. Gue yakin kalau Sarah itu beneran tulus sama lo, dia bakalan percaya sama lo dan gak bakalan ada kesalahpahaman yang kayak lo ceritain tadi," tambahnya.
Dino hanya bisa tersenyum mendengar setiap kata-kata yang keluar dari mulut Vina. Vina yang ia kenal sebagai seorang cewek cerewet dengan suara cemprengnya, kini berubah menjadi seorang yang bijak dan memiliki pemikiran yang dewasa.
"Makasih ya, Vin. Kamu udah perhatian sama aku dan juga sudah mau nemenin aku dinner, walaupun gak sesuai renaca."
"Iya, gue bakalan selalu ada kapanpun lo butuhin gue."
Mereka pun melanjutkan bercerita tentang kekonyolan yang pernah mereka lakukan. Hingga tak jarang menimbulkan gelak tawa diantara mereka. Karena kehadiran Vina, Dino jadi bisa melupakan masalahnya sejenak.
Yeayy, bisa up dua partt!!
Jangan lupa di voment yaa 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sahabatmu(Tahap Revisi)
Teen Fiction(COMPLETE) "Aku suka sama kamu!" "Cinta sama kamu!" "Tapi, kalau kamu cuma anggap aku sahabat, aku bisa apa?" Lisa tau jika ia tak seharusnya jatuh cinta kepada sahabat masa kecilnya. Namun, jangan salahkan dirinya yang tak mampu mengontrol perasaan...