"Aku juga berharap kata tidak apa-apa yang selalu kamu ucapkan itu memang benar."
🐻🐻🐻
Dalam hati, Vina membenarkan apa yang telah dikatakan oleh Dino kepadanya. Selama jam pelajaran berlangsung tidak ada obrolan-obrolan seru yang seperti biasa mereka lakukan. Hanya ada obrolan singkat yang di anggapnya penting. Jika menurutnya itu tidak penting, Lisa tidak akan mau untuk membuka mulutnya.
Hingga tiba saatnya bagi seluruh siswa untuk istirahat. Dengan perasaan senang yang tak terkira, mereka berbondong-bondong keluar dari kelas yang telah mengurung mereka selama berjam-jam lamanya. Banyak dari mereka yang segera melangkahkan kakinya untuk berlabuh ke area kantin. Dimana mereka dapat mengisi tenaga untuk dapat bertarung kembali dengan buku-buku pleajaran yang ada.
Sementara Vina masih tetap setia berada di dalam kelasnya bersama dengan Lisa.
"Lis, lo beneran gak mau ke kantin?" tanya Vina mencoba untuk meyakinkan lagi. Tidak seperti biasanya Lisa menolak ajakannya untuk pergi ke kantin.
"Iya, Vin. Lo pergi aja," jawab Lisa. Kini ia mengganti posisi tubuhnya dengan menenggelamkan kepalanya di dalam lipatan tangannya. Yang ia butuhkan saat ini adalah waktu untuk sendiri. Dan sepertinya Vina sungguh tidak peka.
"Kalau gitu gue ke kantin dulu. Kalau lo mau nitip sesuatu, chat gue aja." Lisa hanya menganggukan kepalanya. Setelah itu ia mendengar langkah kaki seseorang yang mulai menjauh yang berarti Vina telah pergi.
Sekarang hanya ada Lisa seorang diri di dalam kelas. Entah mengapa kesunyian yang ia rasakan sekarang kembali mengingatkannya pada kejadian semalam. Bohong jika ia tak merasa sakit hati kepada kedua orangtuanya. Bahkan rasa sakit itu kini masih membekas di dalam hatinya.
Lisa mencoba sekuat tenaga untuk tidak menangis disini. Bagaimanapun juga ia tidak boleh terlihat lemah di depan semua orang. Hingga ia merasakan ada seseorang yang menyentuh lengannya.
"Gue gak lapar, Vin. Lo makan sendiri aja sana," ucap Lisa yang sudah bisa menebak pemilik tangan tersebut.
"Tapi aku maunya makan sama kamu." Suara seseorang yang begitu dikenalnya membuat Lisa segera mengangkat kepalanya. Benar saja, kini ia melihat wajah tampan Dino yang tengah tersenyum manis kepadanya.
"Kamu ngapain disini?" tanya Lisa heran dengan kedatangan Dino secara tiba-tiba. Juga dua mangkuk bubur ayam yang telah tersedia di depan mejanya beserta dengan dua cangkir es teh.
"Kan aku udah bilang, kalau aku mau makan sama kamu," jawab Dino tanpa menghilangkan senyumannya.
Lisa hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian ia mengambil semangkuk bubur ayam yang ada di depannya dan mulai memakannya. Kebetulan sekali, saat ini ia tengah merasa lapar.
Di saat tengah asik makan, Dino memberanikan diri untuk meletakkan telapak tangannya pada dahi Lisa. Ia mencoba untuk mengukur suhu tubuh Lisa. Namun, apa yang dilakukan oleh Dino justru membuat Lisa bingung.
Seolah mengerti dengan kebingungan Lisa Dino mencoba untuk menjelaskannya. "Aku pikir kamu sakit. Jadi aku bawakan kamu bubur," jelas Dino.
"Hari ini sikap kamu juga aneh," tambahnya.
Mendengar penjelasan dari Dino membuat Lisa menghembuskan nafas kasar. Diraihnya secangkir es teh yang berada tak jauh darinya dan meminumnya. Pandangannya kini beralih menatap ke arah Dino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sahabatmu(Tahap Revisi)
Novela Juvenil(COMPLETE) "Aku suka sama kamu!" "Cinta sama kamu!" "Tapi, kalau kamu cuma anggap aku sahabat, aku bisa apa?" Lisa tau jika ia tak seharusnya jatuh cinta kepada sahabat masa kecilnya. Namun, jangan salahkan dirinya yang tak mampu mengontrol perasaan...