"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat." Perkataan Dino membuat Lisa refleks menghentikan kegiatannya merapikan seragam sekolahnya.
"Ke mana?" tanya Lisa merasa penasaran.
Dengan menampilkan senyum menawannya, tangan Dino terulur untuk menarik tangan Lisa menuju motornya. "Gak usah banyak nanya, entar juga tau," ujar Dino sembari memasangkan helm Lisa.
Baru kali ini Lisa bisa melihat jalan raya yang masih begitu sepi, belum adanya kemacetan disana-sini. Hanya ada beberapa pengendara motor dan juga pengendara mobil yang terlihat oleh mata. Selain itu, udara pada pagi hari masih begitu bersih dan segar. Tidak seperti siang hari yang sudah dipenuhi asap kendaraan bermotor dan tentu saja membuat napas menjadi sesak ketika menghirupnya.
Mungkin kedepannya Lisa harus menyuruh Dino untuk selalu menjemputnya lebih awal. Tetapi apakah bisa? Dengan kebiasaannya yang selalu bangun siang, hal itu pasti akan begitu sulit.
Berhentinya motor Dino membuat Lisa mulai tersadar dari lamunannya. Ia pun turun dari boncengan motor Dino dengan pandangan yang terus melihat ke arah sekitar.
"Tadinya aku mau ajak kamu ke Mall. Tapi karena ini masih terlalu pagi dan gak mungkin juga Mall-nya sudah buka. Jadi aku ajak kamu ke toko ini," terang Dino dengan tangan terangkat untuk menunjuk toko bercat dinding serba pink yang ada di depannya.
Walaupun masih belum mengerti mengenai tujuan Dino membawanya kemari. Namun, Lisa tetap melangkahkan kakinya mengikuti kemana Dino pergi.
"Aku masih belum ngerti, alasan kamu ajak aku kesini itu apa?" Tanya Lisa. Tangannya terangkat untuk melihat barang-barang cantik yang terpajang di toko itu. Toko yang sungguh unik. Tidak hanya dindingnya saja yang berwarna pink, melainkan barang-barang yang dijual di toko ini semuanya juga berwarnakan pink.
Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, Dino berjalan mendekat ke arah Lisa. Tangannya pun ikut memilih barang-barang yang berada di dekat Lisa.
"Gini, sebenarnya aku mau minta bantuan sama kamu. Bisa gak kamu milihin barang yang kira-kira cewek bakalan suka."
Mendengar penuturan dari Dino membuat Lisa membalikan badannya seketika. Tatapan mengintimidasi pun langsung saja diberikan oleh Lisa.
"Cewek? Cewek siapa?" tanya Lisa, masih tak menghilangkan tatapannya itu.
"Teman kok, teman aku," jawab Dino yang begitu kentara bahwa saat ini ia tengah gugup. Menghiraukan akan hal itu, Lisa justru kembali bertanya.
"Sepantaran kita? Orangnya gimana? Sifatnya atau mungkin lo tau barang yang sering dia bawa kemana-mana?" tanya Lisa tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Dino. Justru ia terlihat sibuk melihat barang-barang yang dianggapnya bagus.
"Dia sepantaran kita. Orangnya cantik, baik, rajin juga. Terus, dia itu teliti. Apapun yang dia lakukan seperti telah terencana sebelumnya. Oh ya, aku pernah dengar kalau dia ingin jadi dokter," terang Dino dengan kedua tangannya yang tak pernah berhenti untuk memainkan beberapa gantungan kunci yang terpajang. Aksinya itu segera ia sudahi ketika ia tak mendengar jawaban apapun dari sahabatnya.
Dan, benar saja. Ketika pandangannya beralih ke samping, ia tak dapat menemukan keberadaan sahabatnya itu. Bahkan ia pun tak merasakan kapan sahabatnya itu melangkahkan kakinya pergi. Berarti, sedari tadi ia telah berbicara seorang diri di tempat ini? Beruntung saat ini toko masih sepi, sehingga tidak ada seorang pun yang akan melihat tingkah konyol dirinya tadi.
"Woi," ucapan seseorang yang begitu dikenalnya, membuat Dino segera membalikkan badan.
"Kamu kapan perginya? Tau-tau udah ngilang aja," tanya Dino. Jangan lupakan muka kesal yang sengaja ia perlihatkan kepada Lisa. Namun, bukannya merasa bersalah. Ekspresi Lisa justru biasa aja ketika melihat wajah kesalnya Dino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sahabatmu(Tahap Revisi)
Teen Fiction(COMPLETE) "Aku suka sama kamu!" "Cinta sama kamu!" "Tapi, kalau kamu cuma anggap aku sahabat, aku bisa apa?" Lisa tau jika ia tak seharusnya jatuh cinta kepada sahabat masa kecilnya. Namun, jangan salahkan dirinya yang tak mampu mengontrol perasaan...