NADARAJA-8

4.4K 508 109
                                    

-Saya salah, dan kamu pantas untuk marah-

---

ANDRA memutuskan untuk memasuki sebuah cafe yang jaraknya tak seberapa jauh dari club.

"Bisa langsung mulai?" Baru saja mendaratkan bokongnya di kursi, Raja sudah berucap.

"Jangan pernah potong pembicaraan gue" Titah Andra membuat Raja memutar bola matanya jengah.

"Dara dateng ke club itu cuma mau nyelesaiin urusan nyokapnya. Nyokapnya mantan pelayan di club. Entah, gue gak tau apa yang membawa Dara dateng ke club itu. Yang jelas dia cuma mau pamitan sama pemilik club kalo nyokapnya udah gak bisa kerja lagi, nyokapnya undur diri, resign. Dan amplop yang di bawanya kemarin itu, adalah amplop sisa gajian nyokapnya selama kerja"

Raja menggeleng tak yakin "Karangan lo bener-bener bagus"
Andra menatap Raja dengan tatapan tak percayanya "Gila! Gue ngomong yang sebenernya Ja"

"Lantas kenapa waktu itu, tuh cewek bungkam aja saat gue tanya?"

Tertawa hambar "Raja, Raja... Apa lo pikir Dara bakalan ceritain kehidupan keluarganya yang pelik ini sama lo? Orang yang baru dia kenal? Kehidupan seseorang itu bukan untuk diumbar-umbar ke orang lain Ja" Terang Andra.

Raja yang masih bersikukuh dengan pendiriannya melontarkan kembali pertanyaan "Terus buktinya dia cerita ke lo 'kan?"

"Pemikiran lo terlalu cetek Ja. Dara sama sekali gak cerita apapun ke gue. Gue cari tau sendiri, lo gak lupa kalo gue ini sering ke club itu 'kan? Gue cari informasi ini lewat Pak Hamda, pemilik club" Papar Andra membuat Raja terdiam "Kalo lo masih belum percaya juga. Lo bisa dateng ke cafe seventeen"

Raja menyerngit ditatapnya Andra dengan tatapan ingin meminta penjelasan.

"Iya, cafe seventeen. Punya bokap lo 'kan? Lo cari orang yang namanya Bu Mawar, buktiin kalo omongan ini gue salah" Tantang Andra "Dan satu lagi, lo harus inget Ja. Kalo sampai semua omongan gue ini bener, lo harus tepatin syarat yang gue ajuin"

Andra melirik jam tangannya "Sori, gue harus balik dulu ke club"

Sepeninggal Andra, Raja masih saja terdiam di tempatnya. Ia benar-benar tak menyangka akan hal ini. Raja rasa, ia harus benar-benar membuktikan hal ini sendiri. Tanpa mengulur waktu, dengan cepat ia melenggang pergi menuju motornya.

Angin malam dengan setianya menemani sepanjang jalan Raja saat membelah ibu kota. Hingga tibalah ia di sebuah cafe yang cukup sepi pengunjung lantaran sudah mendekati waktu tutup.

"Raja?" Suara bariton seseorang membuat sosok jangkung yang baru masuk itu menoleh.

Senyuman tipis terukir di wajah Raja "Om Riza?" Pekiknya dengan girang melihat adik dari papanya itu. Memang dialah yang mengambil alih di cafe ini lantaran papanya yang workholic.

"Tumben kesini?"

"Em...gini Om, Raja mau tanya. Disini ada waitters baru 'gak? Namanya Bu Mawar"

Kening Riza mengkerut "Ada, memangnya ada apa?"

Raja terdiam, Andra rupanya tak berbohong. "Gak papa 'kok Om"

"Aneh kamu, em... itu orangnya" Diikutinya segera arah telunjuk tangan pria didepannya ini.

Raja mematung, sendinya mendadak terasa kaku dan sulit digerakkan. Sungguh ia tak menyangka pada apa yang ditengakap oleh iris hazelnya saat ini. Tak jauh dari posisinya sekarang, di sebrang sana seorang wanita yang jika dilihat-lihat sangat mirip dengan Dara, tetapi beda di versi usia terlihat tengah mengelap meja sisa pengunjung.

NADARAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang