-Saya akan berusaha lagi, lagi, lagi dan lagi.
Bukan sampai kata 'nyerah' menghampiri, tapi 'berhasil'----
DARA yang kini duduk di kursi meja belajar tak henti-henti mencoret-coret buku tulis bagian belakangnya, dengan pandangan kosong. Ia masih memikirkan semua perlakuan Raja akhir-akhir ini. Apa kiranya yang membuat sikap pemuda itu berubah drastis seperti ini?
Ponsel disampingnya berdering, diraihnya segera benda pipih itu. Sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal menghias di layar.
08XXXXXXXXXX
Dara menyerngit, siapa kiranya orang kurang kerjaan ini.
Ponselnya bergetar, untuk kedua kalinya. Nomor yang sama--!
"Halo?"
Tak ada sahutan, melainkan helaan napas lega terdengar dari sebrang sana.
"Hal--"
"Hai ini gue, Raja"
Tut...
Buru-buru Dara memutuskan panggilan itu sepihak. Tubuhnya sontak saja menegang. Bagaimana bisa mahluk turunan kaum adam yang satu ini mendapatkan nomor teleponnya? Pasalnya ia merasa tak memberikan nomornya pada siapapun, kecuali...Arum.
Lagi, ponselnya berkedip-kedip. Mengingat tak ada sama sekali niatan untuk mengangkatnya, Dara menggerakkan jemarinya-- terulur menekan tombol silent.
Senyum kecut terukir di wajah Raja yang kini tengah bersandar di kepala ranjang. Terlebih saat mendengar dering panggilan yang selalu saja berulang, tak kunjung juga berhenti-- menghadirkan suara yang dinantikannya. Suara Dara...
"Angkat panggilan gue, gue mohon"
Send...
Raja mengirimkan pesan singkat. Dara yang mengetahui itu hanya membacanya tanpa membalas.
"Gue cuma mau ngomong sesuatu. Plis angkat"
Usai mengetik itu, Raja bangkit saraya berjalan menuju jendela kamarnya yang cukup besar. Dibukanya lebar-lebar jendela itu hingga hembusan angin malam yang terasa cukup kencang, berbondong-bondong menerpa permukaan wajahnya.
Mengatur napas, Raja kembali mencoba menggubungi Dara.
Tut...tut...t--
Panggilan tersambung.
Partikel bahagia sontak saja kini membuncah direlung hati Raja. Dara mau mengangkat teleponya...
"H-hai"
Hening, senyap. Tak ada suara Dara yang muncul ke permukaan. Hanya kebisuan semata. Raja terdiam sesaat, Dara mau mengangkatnya tapi tidak untuk bicara.
"Ma-makasih udah mau--"
Helaan napas kasar yang menyelinap masuk lewat benda pipih canggihnya membuat suara Raja mendadak tercekat.
"Gue gak bakalan bertele-tele kok. Cukup lo denger suara gue aja, gue udah seneng..."
"Em-- oh ya. Lo tahu? Sekarang gue lagi lihat langit malam. Langit malam yang kesepian lantaran hanya di temani bulan dan beberapa bintang"
Menyimak dalam diam, itulah yang dilakukan Dara saat ini. Entah mengapa hati kecilnya menuntut untuk menjawab panggilan Raja.
"Kalo gue boleh tahu, lebih suka mana lo sama bulan apa sama bintang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NADARAJA
Teen Fiction[ T e e n F i c t i o n ] High Rank# 9 in Raja Cinta itu hati yang merasa, bukan raga. -RAJA- Kamu bisa cintai orang lain, jangan saya. -DARA- Seputar kisah cinta yang mana dihadapkan dengan sepasang hati yang saling bertolak belakang. Satu memili...