-Terimakasih untuk pelukan dan perhatian yang kamu beri, meskipun kamu menyanggahnya-
---
BERUNTUNGLAH karena Raja yang baru pulang dari kediaman Eidan, dan kebetulan melihat hal ini.
"Mau apa lo?" Raja dengan cepat menarik tangan Dara, menyembunyikannya di balik tubuh jangkungnya. Sekan-akan menjadi sebuah tameng.
"Oh, bocah tengik yang berlaga jadi pahlawannya dateng?"
"Serahin duit lo pada"
"BURUAN"
Dengan gilanya Raja menyeringai "Kalian mau duit?" Tanyanya tanpa takut.
Bugh...
Tangannya yang sedari tadi terkepal kuat kini akhirnya melayang juga dengan indahnya, tepat sasaran di rahang preman yang tadi sempat membentaknya.
"Sialan lo"
"Hajar"
Sebelum bogeman melayang ke arahnya, Raja sontak menghindar cepat dan berbalik menghantamnya tepat di perut. Ia juga memiting tangan preman yang sedari tadi belum di sentuhnya, melayangkan bogeman serta tendangan mautnya tepat di tulang kering. Hingga membuat pereman berjambang lebat itu mengerang kesakitan.
Tak berhenti sampai disini, preman yang masih tak terima itu segera menyerangnya kembali.
Hingga tetes demi tetes air turun dari langit membasahi bumi, menjadi saksi bisu perkelahian sengit ini. Dara yang sedari tadi hanya menjadi penonton, berkali-kaki memekik tertahan.
Brukkk...
Tanpa diduga, tubuh Raja tersungkur hingga bergesekan dengan licinnya jalanan beraspal yang terkena sentuhan hujan.
"BANGSAT!!!" Sedetik kemudian, dengan cepat ia bangkit. Dibalasnya preman-preman di hadapannya ini dengan membabai buta, tanpa ampun. Dara yang melihat hal ini hanya mampu membekap erat mulutnya.
Tepar...
Tiga preman itu sampai tepar dihajarnya, hingga mereka memutuskan untuk pergi dengan jalannya yang sempoyongan.
"JANGAN KABUR LO! PENGECUT" Teriak Raja dengan murka.
Raja menoleh ke arah Dara, hingga membuat pandangan mereka bertemu.
"Lo gak papa?" Raja berjalan mendekat, diikuti Dara yang mundur...menjauh darinya.
"Jangan takut, lo udah aman. Ada gue disini" Ucapnya lembut, mencoba menenagkan gadis yang terlihat ketakutan di hadapannya ini.
"Lo gak luka kan? Ada yang sakit?" Tanpa dikomando, Raja memeriksa keadaan Dara "Astaga..." Pekiknya saat melihat memar di pergelangan tangan Dara. "Kalo aja gue gak terlambat dateng, pasti gak bakalan gini kejadiannya" Diusapnya dengan hati-hati tanda merah kebiruan itu.
Dara menatung. Syaraf-syaraf dalam tubuhnya seakan-akan putus, hingga membuat tubuhnya sulit untuk di gerakkan. Ia tak habis pikir, sungguh. Bagaimana mungkin Raja menyalahkan dirinya sendiri seperti ini? Sudah jelas jika ini semua bukanlah kesalahannya, melainkan para preman berdebah itu.
"Sebenarnya apa yang membawa lo bisa ada diluar kaya gini?"
Suara petir dilangit dengan mengertinya berbunyi, sekan-akan menjawab pertanyaan Raja lantaran Dara yang mengatupkan bibirnya rapat.
Raja pasrah. Diacaknya rambut basahnya karena air hujan dengan frustasi. Disaat seperti ini, Dara masih tidak mau juga berbicara padanya.
Tubuh Raja hampir saja terhuyung kebelakang saat tiba-tiba didekap hangat oleh seseorang. Dan...Daralah orangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADARAJA
Teen Fiction[ T e e n F i c t i o n ] High Rank# 9 in Raja Cinta itu hati yang merasa, bukan raga. -RAJA- Kamu bisa cintai orang lain, jangan saya. -DARA- Seputar kisah cinta yang mana dihadapkan dengan sepasang hati yang saling bertolak belakang. Satu memili...