-Untuk pertama kalinya saya bisa merasakan apa itu bahagia, semua berkat tawa indah kamu-
---
MULUT Dara terasa begitu pegal rasanya karena di sepanjang jalan Raja tak kunjung juga menjawab pertanyaannya yang entah ini tentang 'kemana tujuan mereka? Yang entah ini untuk ke berapa kali. "Raja plis, jawab pertanyaan gue untuk kali ini aja"
"Raja..."
Sama seperti sebelum-sebelumnya, tak ada respon membuat Dara yang sudah pasrah itu memilih diam.
Hingga akhirnya berlabuh mereka di sebuah tempat...
"Udah sampai, ayo turun."
"Kita kesini mau ngapain?" Dara mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dimana warna hijau penyegar jiwa mendominasi tempat ini. Terlihat.... begitu asri. Dalam benaknya ia menerka-nerka, tempat apa kiranya ini?
"Katanya mau bantu gue supaya luka ini cepet sembuh?""Iya, tapi kenapa malah kesini? Apa hubungannya tempat ini sama luka lo, coba?"
"Luka gue cuma bisa terobati oleh rasa bahagia Dar, rasa bahagia yang sesungguhnya..." Raja menatap Dara lekat, begitupun sebaliknya "Tapi gue gak pernah dan mungkin gak akan pernah bisa rasain itu semua. Karenanya, luka gue gak pernah bisa sembuh. Dan disini, di tempat ini, gue mau lo bantu gue buat ciptain rasa bahagia itu yang sebelumnya gak pernah terdaftar dalam kamus hidup gue. Mau?..."
Dalam diam Dara mengangguk, mengiyakan. "Caranya--?"
"--dengan tawa lo..." Sela Raja membuat otak Dara jadi bekerja ekstra karena kesulitan mencerna. "Tawa gue?" Ulangnya dengan tatapan bingung.
"Hem" Raja mengangguk, memastikan. "Tawa lo adalah kebahagiaan tersendiri bagi gue Dar... Saat seorang yang berarti dalam hidup gue bahagia, dengan sendirinya gue juga ikut merasa bahagia. Lagipula, selama ini gue gak pernah lihat lo tertawa lepas"
"Tapi Ja--"
Lagi-lagi Raja menyela "Kesana Dar, ayo!" Tanpa protes, dengan pasrah Dara mengikuti arah tarikan Raja yang sudah menggengam erat tangannya.
"Naik, ntar biar gue yang dorong dari belakang"
Dengan ragu Dara menaiki ayunan yang menggantung indah disebuah cabang ranting pohon besar di hadapannya. Digenggamnya dengan erat temali ayunan yang berlilitkan tumbuhan menjalar di sepanjangnya.
"Cukup diam, dan rasakan setiap sentuhan lembut angin yang menerpa dengan damai" Tak ada lagi waktu bagi Dara untuk protes. Terlebih saat ayunan ini mulai bergerak, berlawanan dengan arah angin yang datang berduyun-duyun hingga membuat dirinya seakan bertabrakan dengan sang udara bergerak itu. Terasa sangat damai.
"Sedikit yang gue tau, begitu banyak orang yang menganggap angin itu semaunya sendiri Dar... Ucapan mereka dibuktikan dengan kehadiran angin yang main datang dan pergi sesukanya. Padahal, angin mempunyai alasan tersendiri dibalik itu semua"
"Alasan?"
"Ya, alasan. Dan alasan mereka yaitu karena takdir Dar. Angin selalu bertransmigrasi setiap waktunya karena harus mengikuti alur sang takdir yang memerintahkannya untuk pergi berjelajah Dar, mengunjungi setiap tempat manapun yang tengah membutuhkan akan sosok kehadirannya. Mereka bergerak dengan begitu pasrahnya, kesana dan kemari tanpa mengenal kata lelah... Sesungguhnya angin hanya ingin bersifat adil, membagi dengan rata setiap sensasi istimewa yang dimilikinya kepada siapa saja tanpa terkecuali"
"Tapi kenapa angin juga selalu datang ke sebuah tempat yang bahkan gak butuh akan kehadirnya?"
"Meskipun di tempat yang lo maksud itu merasa gak membutuhkan angin, tapi angin tetap datang karena mereka lebih tau jika tempat itu sesungguhnya membutuhkan sosok dirinya. Dan bagi gue gak ada tempat manapun yang gak butuhin angin Dar"
KAMU SEDANG MEMBACA
NADARAJA
Teen Fiction[ T e e n F i c t i o n ] High Rank# 9 in Raja Cinta itu hati yang merasa, bukan raga. -RAJA- Kamu bisa cintai orang lain, jangan saya. -DARA- Seputar kisah cinta yang mana dihadapkan dengan sepasang hati yang saling bertolak belakang. Satu memili...