NADARAJA-12

3.8K 424 83
                                    

-Ibarat pohon, saya adalah akar dari luka kamu-

---

RAJA kini tengah memegang erat cantolan yang menggantung ria di langit-langit bus. Baru berjalan beberapa menit kakinya sudah terasa berat, lemas seakan tak mampu lagi menopang tubuh jangkunya.

Ia mencoba mengedarkan pandangannya pada tempat duduk dari depan hingga belakang.

Penuh...

Alhasil ia dan Dara tak kebagian tempat duduk. Ya, hanya mereka berdua.

Sopir bus yang cukup ugal membuat bus ini terasa bergoyang. Dengan cepat Raja mendekat ke arah Dara yang selalu menjaga jarak padanya.

"Jangan jauh-jauh dari gue, gue bener-bener takut kalo lo jatoh" Ujar Raja tepat di belakang Dara. "Gue bakalan jagain lo disini. Kalo seandainya lo jatuh, bakalan ada tangan kekar gue yang siap nopang" Lanjutnya yang membuat kaum hawa siapapun akan meleleh, tapi tidak dengan Dara.

Detik terus berjalan ke menit...

Berkali-kali hampir nyungsep, lantaran bus yang menginjak pedal rem mendadak tanpa aba-aba. Bukan Dara, tapi RAJA.

Sial. Kalo gue-nya aja gak bisa jaga tubuh gue sendiri gimana mau jaga Dara?

Raja memaki dirinya sendiri. Sungguh ia ingin melayangkan bogeman mautnya saat ini juga pada sang sopir dengan raut sangar-nya itu.

Perlahan bus menepi ke pinggir jalan, diikuti dua orang yang turun dari bus membuat senyum lebar Dara dan Raja serempak merekah senang.

"Huffft" Akhirnya bokong indah Raja dapat merasakan nyenyaknya sebuah tempat duduk.

"Cukup capek, tapi seru" Simpul Raja.

"Lo tau ini pertama kalinya gue naik kendaraan umum, bus termasuk salah satunya. Dan lo tau gak, apa yang gue rasain? Kehangatan..." Dara yang kebetulan duduk di sebelah kaca, menyibukkan diri dengan menatap keramaian kota Jakarta sontak menoleh. Kehangatan? Pikirnya.

"...Kehangatan atas sebuah rasa kebersamaan yang gak pernah gue rasain selama ini. Gue gak pernah berbaur sama masyarakat Jakarta kaya gini. Mungkin terlalu sibuk sama dunia gue sendiri. Dunia gue yang sama sekali gak ada artinya...sepi" Raja memejamkan matanya, kilatan memori tentang kehidupannya yang cukup kelam, tanpa perintah berputar dengan sendirinya. Dara terdiam, sungguh ia tak bisa mencerna ucapan Raja. Yang jelas ada sorotan luka yang terlihat dari dalam manik hazelnya itu.

"Berani taruhan, gue yakin semua orang di bus ini pasti punya tujuan yang akan dituju termasuk lo. Tapi gak dengan gue. Selama gue hidup, gue gak pernah punya tujuan Dar. Karena gak ada hal yang perlu gue tuju" Raja menghela napas.

"Tapi saat ini, untuk pertama kalinya gue punya tujuan Dar. Dan tujuan gue itu...lo"

Dara sontak memalingkan wajahnya buru-buru ke arah lain. "Cukup anggap gue ada, itu tujuan gue sekarang" Lirih Raja

Sepasang kaki Dara mendarat sempurna di tanah, usai turun dari bus. Dengan cepat ia melangkah menuju rumahnya. Derap langkah kaki yang terdengar dari belakang membuatnya terhenti dan menoleh ke sumber suara.

"Gue anterin lo sampai rumah. Nanggung kalo sampai sini" Raja nyengir membuat Dara menghentakkan kakinya dengan kesal.

Rumah minimalis sederhana bernuansa biru yang terlihat membuat langkah kaki Raja terhenti.

"Dara" Teriaknya membuat Dara yang hendak memutar knop pintu terdiam.

"Gue lupa kasih ini" Sebuah coklat yang tak asing bagi Dara terulur di depannya. Sebelum Raja menarik tangan Dara untuk meletakkannya di telapak tangan, seperti biasanya. Dara dengan kasar mengambil coklat itu.

NADARAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang