-Ucapan sayang kamu pada saya, benar-benar sungguh di luar dugaan-
---
KINI Eidan beralih ke Bi Pimi. Menatap penuh minta sesuatu yang membuat matanya berbinar."Widih, Bibikyu yang imyut bawa apaan nih?"
"Lontong sayur Nak Edan"
"Nama saya Eidan Bi, ada 'i' nya."
"Susah atuh." Sahut Bi Pimi dengan polos.
Susah dari mananya coba? Pikir Eidan yang tak juga mendapat jawaban kurang lebih hampir tiga tahun ini.
"Bibi bawa banyak gak?"
"Banyak. Cuma, piringnya hanya ada 2 Den. Tapi Bibi udah makan kok."
"Mantap!" Eidan memekik girang. "Satu buat Raja sama Dara, satunya lagi buat kita bertiga. Gasss!" Tanpa urat malu yang perlu dipertanyakan keberadaannya, ia meraih rantang dari genggaman keriput Bi Pimi.
"Gak sopan lo!" Dengus Radga.
"Biarin, Bi Pimi aja santai." Sahutnya acuh.
"Oh ya Den, gimana bisa Aden kecelakaan kaya gini? Ngebut ya?"
"Nah, persis seperti pertanyaan gue yang masih gentayangan karena belum lo jawab. Gimana ceritanya Ja?" Disibukkan dengan aktivitasnya memindahkan lontong sayur di piring, Eidan pun ikut menyaut.
"R-Raja kecelakaan gara-gara selametin..."
"Seseorang yang dia sayang." Raja melanjutkan, lebih tepatnya menyela kalimat Dara yang sempat menggantung. "Sekarang yang terpenting, Raja masih selamat bukan?"
"Iya Den, Bibi lega dengernya." Bi Pimi mengulum senyum tipis. "Oh ya, Bibi mau nyusul Pak Teto dulu ya Den."
Raja mengangguk kecil sebagai jawaban. "Eh sama itu Den, anu... Bibi juga udah kabarin Tuan sama Nyonya kalo--"
"Apa kata mereka?"
"Mereka titip ke Bibi buat jagain Aden baik-baik."
Sebelah sudut bibir Raja tertarik, mengulum senyum kecut. "Titip?" Ulangnya perih.
"Den..."
"Udah cukup lama Bi, Pak Teto kesihan. Dia udah nungguin pasti."
Memberi tatapan sendu, "iya, Den. Bibi keluar dulu" Putus Bi Pimi.
"Raja, makanan lo." Dara mendekat bersama sepiring masakan hasil karya wanita yang baru saja keluar dari ruangan.
"Makanan kita," betul Raja. Dara hanya terdiam. "Boleh suapin?"
Tiga pemuda yang kini terlihat sibuk dengan kegitan mereka, melahap semangat sepiring lontong sayur dengan rukunnya membuat Dara memutuskan untuk mengangguk.
Dengan baik, Raja menerima sesendok suapan Dara yang mendarat ke mulutnya dengan sempurna.
"Raja, kenapa lo gak bilang kalo lo kaya gini gara-gara selametin gue. Kenapa harus bohong?" Dara menatap Raja dalam.
Tersenyum kecil "Gue gak bohong. Gue kecelakaan emang karena selametin orang yang gue sayang" Tutur Raja, "dan orang itu lo.... Gue sayang lo Dar."
Seluruh otot Dara rasanya benar-benar kaku saat ini, sulit di gerakkan. Ditambah darah dalam tubuh mungilnya yang kini mendadak terasa berdesir hebat.
Dalam diam, ia kembali menyuapi Raja. "Lo juga makan Dar,"
"Eh, gue--"
"Jangan bilang kalo lo udah makan, gue tau kenyataan kok. Lo ke sini saat sekolah belum bunyiin bel istirahat," Raja memotong. "Terlebih ngelihat tingkah makan mereka" Lanjutnya saraya melirik sekilas teman-temannya yang tengah menikmati ria lezatnya hasil jemari keriput Bi Pimi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADARAJA
Teen Fiction[ T e e n F i c t i o n ] High Rank# 9 in Raja Cinta itu hati yang merasa, bukan raga. -RAJA- Kamu bisa cintai orang lain, jangan saya. -DARA- Seputar kisah cinta yang mana dihadapkan dengan sepasang hati yang saling bertolak belakang. Satu memili...