-Terimakasih, terimakasih untuk pemberian maaf kamu pada saya... yang mana sang pengukir luka hati kamu-
---
HELAAN napas panjang keluar saat dalam hati Dara membaca sebuah pesan singkat berpengirim Andra yang barusan masuk di ponselnya.
"Maaf Dar, gue gak bisa jemput lo buat pergi ke rumah sakit tempatnya Raja. Maaf..."
20.48
Hampir jam sembilan malam. Seorang gadis cantik yang kini baru turun dari bus, segera saja melangkahkan kakinya yang berbalutkan flat shoes untuk memaski area rumah sakit. Gadis itu Dara, ia memutuskan untuk pergi sendiri berasama kereta kencananya. Tentu dengan satu tujuan pasti, bertemu Raja...
Sosok pemuda yang disibukkan dengan tatapannya yang menelusur pada benda langit di kegelapan malam, sontak mengalihkan pandangannya saat decitan suara pintu terdengar.
"D-Dara?"
"Raja, kenapa lo di sini? Kok gak di bangkar?" Tanya Dara cemas saat melihat Raja yang kini berada di kursi roda. "Astaga anginnya dingin, lo bisa--"
"Ssst, gue gak papa." Raja mengulum senyum, memperhatikan seksama gadis di depannya yang penuh kekhawatiran ini. "Gue juga bosen kalo tiduran terus Dar, lagian gue udah cukup sehat."
"Tapi lo harus banyak istirahat Raja." Lirih Dara. Tanpa sengaja, manik hitam turunan hawa itu menangkap siluet makanan dari rumah sakit yang tak tersentuh di atas nakas. "Raja, lo-lo belum makan?"
Tak adanya jawaban yang keluar dari mulut Raja membuat Dara bergegas bangkit, mengambil pengisi perut itu. Lalu kembali pada posisi awalnya yang berlutut, menyetarakan dengan raga menjulang Raja. "Makan ya," bujuknya halus.
"Dar--"
"Plis...." Dengan setengah hati, Raja menganggukkan kepalanya pasrah. Puppy eyes selaku jurus Dara telah berhasil membuatnya luluh.
"Aaa..." Susah payah, Raja mencoba menelan makanan yang akhir-akhir ini menjadi menu sialannya. Bagaimana tidak, sungguh ia tak suka-- bahkan benci dengan makanan yang serba lembut bak bayi itu.
Berkat keterampilan tangan mungil Dara, delapan suapan pun kini telah berpindah dalam perut Raja. Lantaran pemuda tampan itu mengaku sudah tidak kuat lagi, dengan gelengan kepala berkepanjangan... akhirnya Dara menyerah. Toh, sudah lumayan juga.
"Sekarang gue bantu ke bangkar ya, lo istirahat." Seluruh tenaga yang sempat bersembunyi di balik raga mungilnya pun Dara kerahkan untuk membantu rupa menjulang Raja yang beratnya tidak usah dipertanyakan.
Napas lega akhirnya tercipta saat usahnya berhasil, Raja sudah mendarat sempurna di kasur beralaskan kain biru laut itu. "Belum minum obat kan?"
"Ntar gue minum, insyaallah."
"Sekarang!" Putus Dara tak terbantah.
"Gue males untuk yang satu ini Dar, beneran."
"Gak ada males-malesan. Mana bo--"
"Kecuali kalo lo mau lakuin hal yang sama, persis seperti apa yang pernah gue lakuin waktu bantu lo buat minum obat pasca sakit... gue mau."
Dara bereaksi menegang seketika. Ia masih ingat betul hal yang Raja maksud. Pelukan--
"Gimana?" Tanpa sempat berfikir, gadis itu mengangguk.
Samar, Raja tersenyum tipis. Disambutnya dengan girang sebutir obat yang menuju ke arahnya itu. Meneguk air putih yang semula berada di genggaman Dara dan meletakkan gelasnya asal... lalu langsung menarik segera sang pujaan hati ke dalam pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADARAJA
Teen Fiction[ T e e n F i c t i o n ] High Rank# 9 in Raja Cinta itu hati yang merasa, bukan raga. -RAJA- Kamu bisa cintai orang lain, jangan saya. -DARA- Seputar kisah cinta yang mana dihadapkan dengan sepasang hati yang saling bertolak belakang. Satu memili...