Chapter 2

593 51 0
                                    

Claire mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia terbangun dari tidur siangnya, kembali pada kenyataan yang masih sulit ia terima.

Dengan berat Claire berdiri. Ia menoleh kesana kemari, menyapu pandangan. Dimana aku bisa menemukan telepon disini? Tanyanya dalam hati.

Lalu Claire memutuskan untuk melangkahkan kakinya menuju ke pusat kota.

Keluar dari pertanian kakeknya ia mendapati dua jalan di depannya. Yang satu menuju ke Utara, dan yqng satu menuju ke Timur. Tak tahu harus pergi kemana, ia memilih jalan di sebelah kanannya.

Belum lama Claire berjalan, langkahnya terhenti karena seorang laki-laki muda bertopi tiba-tiba keluar dari dalam toko dan menutup pintu kembali dengan bantingan keras.

"Dasar kakek tua! Kemana dia? Tega sekali meninggalkanku bekerja sendirian disini!" Umpat laki-laki itu sambil mengunci pintu. Sepertinya ia tidak tahu ada gadis asing yang sedang melihatnya.

Claire menahan napas. Sepertinya laki-laki itu temperamental sekali, pikirnya. Ia melirik papan tulisan depan toko tersebut, "PANDAI BESI BLACKSMITH".

Setelah mengunci pintu, laki-laki tadi langsung berbalik dan ingin berjalan pergi. Namun langkahnya terhenti karena ia melihat ada gadis asing di depannya, dan sedang melihat ke arahnya. Spontan pemuda itu agak menurunkan topinya untuk menutupi wajahnya, berharap gadis tersebut berhenti memandangnya dan pergi. Tapi sepertinya tidak begitu.

Claire masih berdiri di tempatnya ketika lelaki itu mulai menatapnya tajam.

"Apa ada yang lucu? Kenapa kau melihatku begitu?" tanyanya setengah berteriak pada Claire.

Claire terkejut. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia tak merasa melakukan kesalahan, tapi laki-laki itu membentaknya. Tentu saja ia tak terima.

Namun belum sempat Claire membalas kata-katanya, laki-laki itu sudah bergegas pergi.

"Hei! Tunggu!" Teriak Claire.

Laki-laki bertopi tersebut berhenti dan menoleh ke arah gadis asing itu. Sungguh hal yang sangat menyebalkan baginya jika ada orang yang memanggilnya 'Hei'. Ia punya nama!

Dengan langkah cepat Claire mendekati laki-laki bertopi itu.

"Kenapa kau berteriak padaku? Memangnya aku tadi tertawa, hah?" balas Claire.

"Kau menatapku seperti itu! Pasti ada yang lucu!" balasnya tak mau kalah.

"Kau sendiri yang menganggap dirimu lucu! Seenaknya saja berteriak padaku!"

Laki-laki itu menyipitkan matanya dan kedua tangannya mengepal. "Siapa kau ini? Kau hanya orang asing disini."

"Hmph! Ternyata penduduk sini memang kampungan!" Ejek Claire.

"Apa kau bilang?"

"Apa harus aku ulangi?"

Laki-laki itu tampak menahan emosinya. Namun daripada ia membalas Claire dengan kata-kata, ia lebih memilih meninggalkannya.

Claire sedikit terperangah. Sopan santun macam apa itu? Ditinggal pergi begitu saja ketika mereka sedang berdebat? Oh, astaga... Claire menghembuskan nafas panjang untuk menenangkan diri.

"Kau ribut dengannya?" tanya sebuah suara lembut dari arah lain.

Claire menoleh. Seorang gadis berambut panjang berwarna pink berjalan mendekatinya. Tampaknya gadis itu keluar dari toko di depan Blacksmith.

Claire mengernyitkan kening. Ia berharap gadis itu tidak seperti laki-laki bertopi yang baru saja ia temui.

"Suara kalian sampai terdengar ke rumahku. Sudah aku duga, pasti ini ulah Gray, kan?" tebak gadis berambut pink tersebut pada Claire.

Mendengar suara lembutnya, ketegangan Claire mencair. Setidaknya gadis di depannya ini menunjukkan ekspresi bersahabat padanya.

Gadis itu tersenyum setelah melihat kebingungan di wajah Claire.

"Aku Popuri. Aku tinggal di sini," ucap Popuri sambil menunjuk rumahnya yang terletak di depan Blacksmith. "Siapa namamu?"

"Claire..." jawab Claire.

"Oh... Claire, kau pasti cucunya kakek Ed, kan? Aku sudah mendengar kabar bahwa kau akan datang dan tinggal di Mineral Town." Sekali lagi Popuri tersenyum.

Kabar memang cepat menyebar, batin Claire.

" Maafkan sikap Gray yang tidak sopan tadi, ya, Claire?" Pinta Popuri sambil tetap tersenyum ramah.

"Gray...?"

Popuri mengangguk. "Mm-mm, laki-laki yang ribut denganmu tadi. Namanya Gray. Dia cucu Saibara dan bekerja di Blacksmith. Gray memang agak temperamental. Tapi sebenarnya dia orang yang baik," kata Popuri.

Claire menghembuskan nafasnya pelan, mengatur emosinya. "Maaf, Popuri..."

Popuri mengernyitkan kening. "Untuk apa?"

"Tadi... aku bilang hal buruk tentang penduduk disini."

Popuri menggeleng. "Tidak apa-apa. Sebenarnya penduduk Mineral Town itu baik-baik semua. Jika kau baik pada mereka, mereka juga akan baik padamu. Kau jangan khawatir, Claire. Mereka pasti akan senang bertemu denganmu."

Claire tersenyum. Ia beruntung bertemu dengan Popuri.

"Oh, ya, kau mau kemana? Biar aku mengantarmu. Kau pasti belum tahu sudut-sudut di Mineral Town, kan?" tanya Popuri ramah.

-To be continued-

She's My Fiancee [fan fiction game harvest moon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang