'Kepergok' #3

169 15 10
                                    


      Bel pulang telah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Tapi Jeje dan temannya enggan beranjak dari kelas.

Saat di lihat benar-benar sepi, Jeje mengintruksi temannya mengikutinya kearah parkiran sekolah yang memang terletak khusus di samping dan belakang sekolah.

Jeje terus berjalan sambil memikirkan rencana apa yang akan di lakukannya. Tiba-tiba dia berhenti membuat teman-temannya terkejut hampir menambrak tubuh Jeje di depan.

"Masya allah, Kalo mau berhenti ngomong-ngomong dong! Untung gak ketabrak honda Jaz dari belakang," Umpat Aji kesal.

Sebuah jitakan mendarat ke kepala Aji membuat yang si-empunya meringis kesakitan menatap garang orang yang menjitak kepalanya

"Hhu, gaya-gaya punya honda Jaz, kereta butut ajah lu kagak punya, belagu lu!" Cerca Arya, mendapat tatapan Aji dia hanya terlihat santai.

"Syuuuttt...." Jeje menaruh jari telunjuknya ke bibirnya, membalikkan badannya menghadap temannya yang langsung terdiam dan serius memandang Jeje.

"Gue ada ide!" Senyum Jeje mengembang saat mengucapkan kata ajaibnya, Jeje memang selalu mendapat Ide untuk setiap rencana nakal mereka.

"Apa?" Kata Doni menatap manik mata Jeje yang berbinar seperti baru mendapat hadiah ulang tahun

"Sini-sini.." Jeje mengangkat tanggan kanannya menyuruh temannya mendekat. Tanpa ba bi bu, temannya langsung berkumpul di sekeliling Jeje, mendengarkan bisikan yang akan di lontarkan Jeje.

Ke-4 temannya itu mangut-mangut mendengarkan, setelahnya mereka mulai bubar berpencar ketempat mereka masing-masing.

Aji menjaga dari arah depan.
Doni menjaga dari arah samping kiri, karna samping kanan sudah terdapat tembok tinggi.
Dan Arya menjaga dari arah belakang.

Tugas mereka bertiga berjaga-jaga mengawasi orang agar misi mereka bisa berjalan tanpa berakhir di ruang BK seperti biasa.

Sementara Leo dan Jeje sudah berdiri di depan Motor pak satpam. Kebetulan parkiran sudah sepi, hanya ada Motor satpam dan di ujung terdapat Mobil pak Surya. Sekarang satpam mungkin sedang berjaga di depan gerbang, atau memasuki semua kelas memeriksanya hingga benar-benar tidak ada orang lagi.

Tak sampai 30 menit akhirnya misi Jeje dan Leo selesai. Jeje memilih Leo bersamanya karna Leo sangat ahli tentang Otomotif.

Jeje merasa puas, senyumnya mengembang. Kini Motor Pak satpam hanya be-roda satu, karna roda belakang telah di lepas Leo yang di bantu Jeje dan di lempar begitu saja ke dalam gudang dekat parkiran.

Sementara di ujung sana, dari arah samping seseorang melihat semua yang telah di lakukan anak nakal itu. Sebenarnya dia tidak sengaja lewat ingin ke parkiran belakang, tapi dia berhenti dan menempel di dinding melihat aksi dasyat Jeje dan temannya.

Tapi dia tidak berani memergoki, karna dia tau siapa Jeje dan temannya itu. Dia tidak takut, tapi posisinya sekarang, dia seorang diri.

"Bray.....pak bolot!" Seru Doni seperti berbisik, tapi temannya mendengarnya. Jeje dan Leo langsung terbirit-birit berlari kedekat gudang, dekat tumpukan tong sampah.

"Selamat siang, Pak!" Sapa Doni ramah, sambil menyengir menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi.

Pak bolot menautkan alisnya melihat sekeliling yang sudah sepi, "Ya, selamat siang," Kata pak bolot ramah. "Kamu kok belum pulang?"

"Hm...lagi nunggu jemputan Pak, di depan panas, jadi saya milih nunggu disini," Doni menggaruk tengkuknya, dalam hati dia merapalkan segala macam doa. Dia sangat ketakutan.

"Inget ya, jangan jadi anak bandal lagi," Ujar pak Surya memperingati, "Sebaiknya kamu cepat pulang!"

"Baik pak," Doni bernafas lega saat pak Surya bergegas kearah parkiran, dia melihat pak Surya yang melewati Motor pak satpam, dan kembali lagi mundur kebelang melihat ada yang tidak beres dengan Motor yang ia lewati.

"Mampus! Si bolot ngeliat lagi." Ujar Jeje resah dan sangat pelan hanya bisa di dengar Leo yang berada di sampingnya.

"Bakal masuk BK lagi ini kita, Je!" Keluh Leo pasrah.





"Loh...loh...loh, ini kemana ban belakangnya?" Ujar pak Surya setelah menyadari ban belakang Motor itu tidak ada, "DONi.." Panggil pak Surya dengan suara lantang.

"Aduh, kenak deh gue." Ucap Doni dengan keadaan sedikit panik, tapi dia tetap melangkah mendekat ke tempat pak Surya berdiri.

Saat Doni tepat berdiri di depannya, pak Surya mulai bertanya, "Ini kemana ban belakang pak Anto? Kok bisa ngilang?" Wajah pak Surya terlihat sedang berpikir, "Perasaan tadi pagi pak Anto kesini sama ban belakangnya juga kok!"

Doni berpikir mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan pak Surya, "Em...doni gak tau pak! Kali ajah di lepas pak Anto, karena..." Doni berpikir lebih keras, keringat membasahi dahinya, "Bocor kali pak, jadi di tambal," Tambah doni dengan wajah yang semakin pucat pasi.

"Kok, bannya ajah yang di bawa?" Tanya pak Surya lagi,

"Ya kan, lebih ringan pak. Dari pada sama Motornya, kan berat dan capek nuntunnya!"  Doni mencoba meyakinkan pak Surya yang kini mulai mengangguk-angguk singkat.

"Bener juga kamu ya, ternyata pak Anto cerdas. Dia nambal ban bawa bannya ajah, Motornya di tinggal. Eh yasudah bapak pulang dulu ya, kamu cepet pulang!" Pinal pak Surya sembari melangkah meninggalkan Doni yang kini tersenyum senang.

Syukurlah,
Ucap Doni dalam hati. Setelah kepergian pak Surya Jeje langsung keluar dengan muntah-muntah dan Leo terlihat seperti sempoyongan.

"Uwek...gilak bau banget di situ! Baunya hampir sama kayak kentutnya si Arya." Keluh Jeje masih muntah-muntah.

"Iya Je, gue pikir ajah tadi Arya yang kentut!" Ucap Leo yang tak melihat tatapan tajam Arya yang kini ikut bergabung dengan temannya. Tapi Arya diam tanpa berkomentar.

"Udah ayo cepet pergi, nanti pak satpam keburu datang," Kata Doni sambil meninggalkan teman-temannya.

Mereka langsung keburu mengejar Doni ke pagar belakang, karna bisa di pastikan pagar depan pasti sudah terkunci sekarang.





Sementara orang tadi masik tetap berada di tempatnya menatap anak yang seperti brandal itu dengan wajah datar.
Tapi dia tidak bisa diam, dia punya jabatan penting di sekolah ini.

Orang itu melangkahkan kaki melewati parkiran yang panjang sampai kebelakang sekolah, Motornya ada di sana. Tapi dia tidak ingin mengambil Motornya sekarang, ada yang ingin di urusnya.




"Pasti satpam belagu itu kebingungan cari ban belakangnya, hahahhahaha..." Jeje terus berceloteh dan tertawa senang, dia sangat puas sekarang.

"Iya, iya. Gue gabisa bayangin mukanya itu kayak gimana.." Tambah Aji sambil tertawa memegangi perutnya.



Mereka tinggal beberapa langkah lagi menuju gerbang belakang, tawa kemerdekaan terus saja terdengar sepanjang perjalanan. Tapi seketika tawa mereka berhenti, jantung mereka juga ikut berhenti berdetak. Mereka syok mendengar asal suara dari arah belakang,




"Sedang apa kalian?"






Wuaaaaaaa selesai juga chapter ini guys.
Vot & men nya yaa kakak😘😘😘

JejeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang