Saat ini Jeje berada di tengah-tengah dua lelaki yang mengapitnya. Ia terpaksa duduk berhempitan bertiga di bangku belakang taxi karna tidak ada yang mau duduk di samping supir.Jeje mulai merasa jengah saat dua lelaki itu mulai gaduh seperti anak kecil. Jeje heran. Kenapa keadaan mulai berubah. Kenapa disaat dia akan berubah orang-orang disekitarnya pun berubah, termaksud Doni dan Kevin.
Dua lelaki itu seperti tak ada habis-habisnya bertengkar hanya karna dirinya. What? Kenapa? Ada apa ini sebenarnya?
Jeje turun dari taxi saat tiba di rumahnya ia masuk kedalam tanpa mempersilahkan dua lelaki itu untuk sekedar singgah.
Dua lelaki itu saling bertatapan dan berlari mengejar Jeje.
"Lo ngapain ikutan sih?" Doni tampak protes melihat Kevin ikut memasuki rumah Jeje.
"Ya lo ngapain ikut masuk?" Ujar Kevin tak mau kalah.
"Gua kan temen nya Jeje."
"Gue juga temennya kali."
"STOP!!!!!" Teriak Jeje. Sepertinya ia sudah tidak tahan dengan tingkah konyol dua orang cowok itu.
"Kalian berdua kenapa sih kayak perempuan banget adu mulut. Kalo cowok tuh adu otot."
"Yaudah ayok gue ladenin." Tantang Kevin sambil menaikkan lengan bajunya.
"Yaudah sapa takut." Jawab Doni dan melakukan yang sama.
"Maksud gue bukan gitu bego. Kalian berdua itu harus akur, jangan berantem mulu. Lagian ngapain sih gak langsung pulang ajah."
Mendengar omelan Jeje. Mereka berdua sama-sama terdiam. Cewek itu tlah berubah kembali menjadi cewek tomboi yang dulu. Perempuan itu tampak urak-urakkan dengan dasi yang sedikit longgar dan baju yang sudah keluar dari roknya, serta rambut panjang nya yang berantakan.
"Kalian diem disini anteng. Gue mau ganti baju dulu. Kalo haus ambil sendiri di dapur. Kalo capek duduk tuh di sofa, jangan bertengkar. Awas kalo kalian berantem lagi."
Setelah mengatakan itu Jeje naik ke lantai dua ke kamarnya. Namun saat turun dari kamarnya Jeje tampak terkejut dengan yang ia lihat. Di sofanya yang panjang, Doni tertidur pulas dengan alas tas ranselnya di kepalanya.
Sedangkan Kevin di sofa yang lainpun melakukan yang sama. Ia tertidur pulas dengan badan tengkurap.
Jeje tersenyum lucu melihat dua orang itu. Tadi mereka bertengkar, sekarang mereka tertidur.
Setelah menutup pintu dan menyalakan kipas, Jeje duduk di sofa single dan ikut tertidur.
********
Via menarik napas saat baru turun dari Taxi. Ia berjalan malas memasuki rumahnya akibat kerjanya yang terlalu banyak di kantor dan mengakibatkannya pulang terlalu sore. Saat Via membuka pintu, Via tampak terkejut sebelum akhirnya ia menggeleng dan tersenyum. Rupanya kini keponakannya itu telah benar-benar berubah. Jeje tampak anggun dan cantik walau sedang tertidur dalam keadaan duduk.
"Je, bangun sayang." Tangan Via mengguncang tubuh Jeje.
Jeje tampak menggeliat dan mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya terbuka dengan lebar.
"Huamm... Tante udah pulang." Jeje menguap dan memperbaiki posisi duduknya.
"Iya. Bangunin tuh temen kamu, udah mau magrib."
Jeje melihat ke depannya dan baru teringat kalau kedua cowok itu masih tertidur di rumahnya.
Jeje berjalan ke arah Kevin. Dari pertama saat Jeje melihat lelaki itu masih tidur terkurap seperti posisinya semula tanpa berubah.
Jeje menggeleng dan berpikir. Apa tidak capek tidur dalam posisi seperti itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje
Teen FictionBagaimana jadinya cewek tomboy yang super bandel dan urak-urakan, bertemu dengan cowok cuek berwajah tembok. Keadaan mulai berubah, seiring berjalannya waktu. ******* "gilak, jantung gue kenapa dangdutan terus kalo dekat dia? enggak-enggak, gue gak...